REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengatakan telah terjadi upaya kudeta militer terhadapnya pada Kamis (25/2). Dia menyatakan tentara telah menuntut dia dan pemerintahnya untuk mundur.
Pashinyan menghadapi protes besar dari warga Armenia yang mendesaknya untuk meninggalkan jabatan sebagai perdana menteri. Seruan tersebut terjadi setelah kekalahan Armenia dalam perang enam pekan dengan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh tahun lalu. Namun, Pashinyan telah menolak seruan untuk mundur.
Setelah desakan tersebut bisa diredam, langkah Pashinyan terbaru dengan meminta para pengikutnya untuk berkumpul di Yerevan tengah untuk mendukungnya pada Kamis. Dia menggunakan Facebook untuk berbicara kepada seluruh warga Armenia dalam siaran langsung.
Dalam siaran langsung tersebut, Pashinyan memecat kepala staf umum angkatan bersenjata dan mengatakan penggantinya akan diumumkan kemudian. Dia mengatakan krisis akan diatasi secara konstitusional. "Masalah paling penting sekarang adalah menjaga kekuasaan di tangan rakyat, karena saya menganggap apa yang terjadi sebagai kudeta militer," kata Pashinyan.