REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, Sabtu, bahwa kota terbesar di negara itu, Auckland, akan kembali ditutup selama tujuh hari mulai Ahad (28/2) pagi. Penguncian setelah ditemukan satu kasus lokal Covid-19 yang tak diketahui asalnya.
Otoritas kesehatan, yang belum dapat mengonfirmasi bagaimana pasien baru ini terinfeksi, mengatakan upaya pengurutan genom (genome sequencing)--untuk melihat informasi genetik virus--tengah dijalankan.
Seorang pasien baru tersebut mengalami gejala pada Selasa (23/2), dan diyakini telah terinfeksi sejak Ahad (21/2) sebelumnya, menurut otoritas. Pasien itu sempat mengunjungi sejumlah tempat umum selama periode tersebut.
"Berdasarkan hal ini, kami berada dalam posisi yang tak lain harus untuk melindungi masyarakat Auckland lagi," kata Ardern ketika mengumumkan lockdown.
Karantina wilayah kali ini dilakukan setelah dua pekan lalu sekitar dua juta warga Auckland juga berada di bawah aturan serupa selama tiga hari. Dilakukan usai satu keluarga beranggotakan tiga orang didiagnosis Covid-19 dengan virus varian Inggris.
Otoritas kesehatan berupaya untuk mengetahui apakah kasus baru yang muncul saat ini juga terkait dengan klaster di awal Februari tersebut, yang kini tercatat menjangkiti 12 orang.
Aturan lockdown Auckland, yakni pembatasan level III, hanya membolehkan warga keluar rumah untuk belanja barang penting dan bekerja di sektor esensial, kata PM Ardern. Tempat-tempat umum juga akan ditutup. Aturan di wilayah lain Selandia Baru akan diperketat ke level II. Itu termasuk pembatasan pertemuan publik.
Selandia Baru telah dikenal sebagai satu dari sedikit negara di dunia yang berhasil mengendalikan pandemi. Catatan infeksinya hanya sebanyak lebih dari 2.000 kasus sejak dimulainya krisis kesehatan ini.