Selasa 02 Mar 2021 02:15 WIB

AS Hamburkan Miliaran Dolar di Konflik Afghanistan

Hanya gedung dan kendaraan senilai 343,2 juta dolar AS yang dipertahankan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Amerika Serikat yang tergabung dalam Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berjalan melewati bangkai kendaraan usai serangan bom di Kandahar, Kabul, Afghanistan, Kamis (19/1).
Foto: AP/Allauddin Khan
Tentara Amerika Serikat yang tergabung dalam Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berjalan melewati bangkai kendaraan usai serangan bom di Kandahar, Kabul, Afghanistan, Kamis (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Amerika Serikat (AS) menghabiskan miliaran dolar dalam konflik di Afghanistan. Dana tersebut digunakan untuk bangunan dan kendaraan yang ditinggalkan atau dihancurkan.

Laporan yang dirilis Senin (1/3) oleh Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan atau SIGAR, menyatakan telah meninjau 7,8 miliar dolar AS yang dihabiskan sejak 2008 untuk bangunan dan kendaraan. Hanya gedung dan kendaraan senilai 343,2 juta dolar AS yang dipertahankan dalam kondisi baik.

Baca Juga

Lembaga yang mengawasi uang pembayar pajak AS yang dihabiskan untuk konflik  berkepanjangan ini melaporkan hanya 1,2 miliar dolar AS dari 7,8 miliar dolar AS yang digunakan untuk membayar gedung dan kendaraan yang digunakan sebagaimana mestinya.

"Fakta bahwa begitu banyak aset modal yang akhirnya tidak digunakan, rusak atau ditinggalkan seharusnya menjadi perhatian utama bagi lembaga yang membiayai proyek-proyek ini,” kata inspektur jenderal khusus lembaga tersebut, John F. Sopko.

Menurut Sopko, badan-badan AS yang bertanggung jawab atas konstruksi bahkan tidak bertanya tentang kebutuhan dan keinginan kepada warga Afghanistan. Bahkan, AS tidak merasa perlu mengetahui warga lokal memiliki kemampuan teknis untuk membuatnya tetap berjalan. "Beberapa undang-undang menyatakan bahwa lembaga AS tidak boleh membangun atau memperoleh aset modal sampai mereka dapat menunjukkan bahwa negara yang diuntungkan memiliki sumber daya keuangan dan teknis serta kemampuan untuk menggunakan dan memelihara aset tersebut secara efektif," kata Sopko.

Analis Bill Roggio dari Long War Journal mengatakan temuan SIGAR tidak mengejutkan. Alasan kerugian finansial termasuk serangan Taliban, korupsi, dan pembuangan uang  tanpa mempertimbangkan implikasinya. "Membangun klinik dan sekolah adalah satu hal, itu adalah hal lain untuk mengoperasikan, memelihara, dan dalam banyak kasus mempertahankan infrastruktur ini dari serangan Taliban," kata Roggio.

Mantan penasihat pemerintah Afghanistan, Torek Farhadi, mengatakan bahwa mentalitas "donor-paling tahu-terbaik" sering muncul. Biasanya tidak sama sekali melakukan konsultasi dengan Pemerintah Afghanistan mengenai proyek-proyek yang akan dibangun.

Farhadi mengatakan, kurangnya koordinasi di antara banyak donor internasional membantu pemborosan. Dia mencontohkan dengan satu sekolah kadang-kadang dibangun bersama sekolah lain yang baru dibangun dengna dibiayai oleh donor lain.

Suntikan miliaran dolar, sebagian besar tidak terpantau, memicu korupsi yang tidak terkendali di antara warga Afghanistan dan kontraktor internasional. Namun, para ahli mengatakan, meskipun ada pemborosan, kebutuhan akan bantuan itu nyata, mengingat pemerintah Afghanistan sangat bergantung pada uang internasional.

Farhadi mendesak lembaga pendanaan AS untuk melihat proyek di masa depan. "Mengawasi, memantau, melihat kemajuan dan implementasi proyek, dan mengaudit setiap lapisan pengeluaran," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement