Selasa 02 Mar 2021 12:42 WIB

Australia Mulai Kehabisan Pasokan Daging Sapi

Industri daging sapi Australia mengalami masa sulit setelah bertahun-tahun kekeringan

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Daging sapi australia
Foto:

Bank Perkreditan Rakyat memproyeksi harga tersebut akan tetap bertengger pada tahun ini. "Para petani harus berjuang antara memelihara ternak demi pemulihan populasi atau mengirim ternaknya untuk disembelih demi mendapatkan uang sekarang," kata Dalgeish.

Menurutnya, peternak dihadapkan pada tawaran yang menggiurkan bagi beberapa orang yang ingin melunasi hutang besar yang timbul selama tahun-tahun kekeringan.

Harga sapi Australia biasanya mengikuti negara-negara Amerika Selatan, tetapi kondisi kekeringan selama 2014–2015 memperketat pasokan Down Under. Itu menyebabkan harga melonjak dan tidak pernah pulih dengan baik.

Dengan nilai dolar Australia yang mencapai hampir 80 sen AS, produk sapi dari Aussie menjadi tidak terjangkau oleh banyak importir. Harga bahkan telah melampaui AS, yang secara tradisional menyandang gelar daging sapi termahal di dunia.

Harga yang tinggi juga mendapat tanggapan dari Indonesia, di mana pemogokan oleh penjual daging lokal atas harga daging sapi Australia mendorong pemerintah untuk memperingatkan bahwa mereka akan mencari pemasok lain, menurut laporan media Australia. Indonesia adalah pasar ekspor sapi dan jeroan sapi terbesar di Australia.

Meskipun Australia hanya menyumbang 4 persen dari produksi daging sapi global, negara ini adalah salah satu pengirim terbesar di dunia, dengan pasar utama di China, Jepang, dan Korea Selatan. Volume ekspor turun 15 persen tahun lalu karena rekor harga menurunkan permintaan.

Dalgeish menuturkan, posisi Australia di pasar tersebut semakin berisiko, diperparah oleh perjanjian perdagangan bebas yang melihat tarif yang lebih tinggi pada pengiriman negara versus daging sapi Amerika.

“Situasi perdagangan sedemikian rupa sehingga produk AS lebih disukai,” katanya.

Untuk sapi Australia yang, tidak seperti sapi di AS, kebanyakan memakan rumput daripada biji-bijian. Perubahan iklim dapat menambah tekanan untuk membangun kembali ternak dengan cepat.

Dengan kekeringan yang tak kunjung usai, ditambah dengan frekuensi kejadian cuaca ekstrem yang lebih tinggi, sangat penting untuk menambah jumlah populasi saat padang rumput sedang tumbuh.

“Australia kemungkinan akan kembali mengalami kekeringan dalam beberapa tahun,” kata Dalgleish.

“Ini tidak menyisakan banyak waktu bagi kita untuk menambah populasi menjadi 28 juta hinga 29 juta ekor. Dan, kemudian anda seperti terjebak lagi, tergantung seberapa lama skenario kekeringan terlihat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement