Ahad 07 Mar 2021 19:06 WIB

Kawanan Gajah Liar Digiring Masuk Hutan TNBBS

Gajah liar masuk ke kampung pada malam hari.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Dwi Murdaningsih
Gajah (ilustrasi)
Foto: VOA
Gajah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Kawanan gajah liar yang berkonflik dengan manusia mulai digiring masuk hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung, Ahad (7/3). Belasan gajah tersebut masuk kampung warga di Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, beberapa waktu lalu.

Penggiringan gajah masuk hutan tempat habitatnya dilakukan sejumlah satuan petugas dari Balai Besar TNBBS Bidang Wilayah II Liwa Resort Suoh, bersama Mahout (pawing gajah), aparat lainnya seperti dari TNI/Polri.

Baca Juga

Menurut Camat Suoh Mandala Harto, ada sekira 12 gajah liar masuk kampung warga di beberapa tempat di Suoh. Kawanan gajah tersebut merusak tanaman kebun warga, puluhan rumah warga, dan fasilitas kampung lainnya.

“Kami berharap kawanan gajah dapat masuk hutan lagi,” kata Mandala Harto.

Ia menuturkan, penggiringan gajah liar masuk hutan TNBBS tersebut dilakukan dengan koordinasi dengan Satgas Balai Besar TNBBS yang dikomandoi Mahout-nya. Sebelumnya, dilakukan pemantauan keberadaan gajah-gajah liar tersebut agar upaya penggiringan dapat berhasil.

Sejak gajah-gajah liar masuk kampung warga, ujar dia, banyak kerugian yang diderita warga mulai dari tanaman kebun yang rusak, rumah yang rusak. Warga ketakutan tidak dapat beraktivitas secara bebas, khawatir gajah-gajah melintas dan membahayakan karena konflik gajah.

Gajah-gajah liar yang masuk kampung warga tersebut, salah satunya diketahui terdapat gajah bernama Bunga yang telah dipasang GPS. Dari gajah tersebut dapat diketahui keberadaan dan posisi kawanan gajah tersebut.

Data yang diperoleh, terdapat 13 rumah warga rusak, tanam tumbuh warga di kebun juga rusak. Selain itu, terdapat juga pengrusakan tanaman warga yang baru digarap beberapa waktu lalu. Menurut Mandala, jelas ini sangat merugikan perekonomian desa.

Kawanan gajah mulai masuk kampong warga di Desa Bumi Hantatai, Desa Pemangku Talang Rejo, dan Talang Gajah pada petang dan malam hari. Sedangkan pada siang hari gajah-gajah tersebut menghilang, dan meninggalkan jejaknya setelah merusak rumah dan lading warga.

Menurut Darsim, pegawai Desa Bumi Hantatai, terdata di Dusun Pemangku Talang Rejo 12 unit rumah dan Dusun Talang Gajah 36 rumah. Gajah-gajah tersebut masih berkeliaran di lading-ladang dan juga merusak rumah warga untuk mencari makan.

Ia mengatakan, warga yang berada di Desa Bumi Hantatai untuk sementara mengungsi ke tempat aman, karena kawanan gajah masih terpantau hilir mudik di kampong-kampung penduduk. Warga perempuan dan anak-anak mengungsi, sedangkan warga laki-laki berjaga pada malam hari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement