REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yunahar Ilyas
Keislaman Hamzah dan Umar—radhiyallahu ‘anhuma telah meingkatkan moral kaum Muslimin. Sekarang mereka berani menampilkan keislaman mereka secara terbuka.
Secara bersama-sama mereka mengiringkan kedatangan Rasulullah memasuki Masjid Haram. Mereka membagi diri dalam dua barisan.
Satu barisan dipimpin oleh Hamzah dan satu barisan lagi dipimpin oleh Umar. Mereka mulai berani duduk berkelompok di dekat Ka’bah.
Kehadiran mereka dengan dua tokoh yang sangat disegani dan ditakuti Quraisy itu menyebabkan orang-orang kafir Quraisy semakin murung. Mereka tidak leluasa lagi menekan dan menyiksa orang-orang yang beriman.
Quraisy melakukan negosiasi
Keislaman Hamzah dan Umar memaksa tokoh-tokoh Quraisy memikirkan strategi lain menghadapi Nabi. Utbah ibn Rabi’ah, salah seorang pemuka Quraisy meminta persetujuan tokoh-tokoh Quraisy lain untuk menemui Muhammad dan menawarkan beberapa hal kepadanya agar tidak lagi mengganggu mereka. Usulan Utbah diterima.
Maka pergilah Utbah menemui Nabi SAW. “Wahai anak saudaraku” katanya dengan lemah lembut membuka pembicaraan. “Sebagaimana kau ketahui, engkau termasuk golongan kami, baik itu dari hubungan pertemanan maupun garis keturunan. Engkau telah membawa satu urusan yang besar kepada kaummu. Dengan urusan itu kau pecah belah persatuan mereka, kau bodoh-bodohkan keyakinan mereka, kau cela sesembahan dan agama mereka, kau kafirkan leluhur mereka yang telah meninggal. Sekarang dengarlah, aku akan menawarkan kepadamu beberapa hal yang bisa kau pertimbangkan.”