Jumat 19 Mar 2021 05:43 WIB

Sertifikat Vaksinasi Jadi Syarat Perjalanan Masih Wacana

Ini perlu membutuhkan hasil kajian lengkap tentang efektivitas vaksin.

Peserta Vaksinasi Mitra Kementerian Perhubungan menjalani proses observasi seusai divaksin di Stasiun Gambir, Jakarta Jumat (19/3/2021). Vaksinasi COVID-19 tersebut diberikan kepada seribu orang dengan beragam profesi mulai ?frontliner?, masinis, pramugari, pilot, hingga pegawai lainnya yang bekerja di sektor transportasi.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Peserta Vaksinasi Mitra Kementerian Perhubungan menjalani proses observasi seusai divaksin di Stasiun Gambir, Jakarta Jumat (19/3/2021). Vaksinasi COVID-19 tersebut diberikan kepada seribu orang dengan beragam profesi mulai ?frontliner?, masinis, pramugari, pilot, hingga pegawai lainnya yang bekerja di sektor transportasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menegaskan, sertifikat vaksinasi belum bisa dijadikan sebagai dokumen syarat perjalanan. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, penggunaan sertifikat vaksinasi sebagai syarat perjalanan membutuhkan hasil kajian lengkap tentang efektivitas vaksin.

"Hal itu masih wacana. Masih harus dilakukan studi tentang efektivitas vaksin dalam menciptakan kekebalan individu kepada mereka yang telah divaksinasi," kata Wiku dalam keterangan pers, Kamis (18/3).

Pemerintah, ujar Wiku, tidak bisa sembarangan dalam menyusun regulasi terkait syarat perjalanan di tengah pandemi. Apabila studi mendalam tidak dilakukan, ada potensi pemegang sertifikat vaksin menularkan virus Covid-19 saat melakukan perjalanan.

"Apabila sertifikasi itu dikeluarkan tanpa adanya studi yang membuktikan bahwa kekebalan individu telah tercipta maka pemegang sertifikat tersebut memiliki potensi tertular atau menularkan virus Covid selama melakukan perjalanan," kata Wiku.

Pemberian sertifikat kesehatan digital bagi masyarakat yang memperoleh vaksin Covid-19 diwacanakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, beberapa waktu lalu. Ia mengatakan, sertifikat digital tersebut bisa digunakan sebagai syarat bepergian tanpa harus melakukan uji usap. (sapto andika candra ed:ilham tirta)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement