REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Kasus demam berdarah dengue (DBD) masih terjadi di Kota Tasikmalaya. Sebanyak dua orang di Kota Tasikmalaya dilaporkan meninggal dunia akibat debab berdarah dengue (DBD) selama Januari hingga pertengahan Maret 2021.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengatakan, sejak 1 Januari hingga 17 Maret 2021 sudah terdapat 62 kasus DBD di daerahnya. Dua kasus di antaranya berakhir kematian. "Dua orang yang sudah meninggal akibat DBD," kata dia, Jumat (19/3).
Dengan catatan itu, kasus DBD di Kota Tasikmalaya belum dapat sepenuhnya diatasi. Kendati demikian, Asep menilai, kasus DBD saat ini mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Ia menyebutkan, pada periode yang sama di tahun lalu, kasus DBD sudah mencapai angka 300-an. Artinya, ada perbaikan dalam pencegahan kasus DBD di Kota Tasikmalaya.
Asep menilai, turunnya kasus DBD disebabkan upaya pencegahan semakin massif dilakukan. Termasuk, terus menggiatkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J)."Angka ini lebih kecil dibandung tahun lalu. Hanya sepertiga dari kasus di periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, wilayah endemisnya itu lagi, itu lagi," ujar dia.
Berdasarkan catatan Republika, wilayah yang menjadi endemis DBD adalah Kecamatan Kawalu, Mangkubumi, Bungursari, Cihideung, Tamansari, dan Cipedes. Asep menyebutkan, nyamuk aedes aegypti itu menyebar di kawasan padat penduduk dan jarang dibersihkan.
Karena itu, dengan curah hujan yang masih tinggi, masyarakat diimbau untuk melakukan 3M plus, yaitu menguras, mengubur, menutup, dengan plus memakai cara lain kelambu, melakukan G1R1J, sehingga tidak ada tempat perkembangbiakan nyamuk.