REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Presiden Joe Biden dilaporkan tengah mempersiapkan serangkaian serangan siber (dunia maya) yang agresif untuk Rusia.
Dilansir The Irish Independent, serangan siber diperkirakan terjadi dalam dua minggu ke depan. AS merencanakan itu sebagai pembalasan atas terjadinya peretasan SolarWinds, infiltrasi skala besar yang ditemukan oleh lembaga pemerintah dan perusahaan Amerika akhir tahun lalu yang ditelusuri terkait dengan Rusia.
Sebelumnya, Biden menyebut Rusia sebagai ‘pembunuh’ yang menjadi bagian dalam perang kata antara dirinya dan Presiden Rusia Vladimir Putin. AS disebut tidak akan menargetkan struktur atau jaringan sipil, tetapi peretasan tersebut malah dirancang sebagai tantangan langsung bagi Putin dan pasukan siber negara Eropa itu.
Tindakan semacam itu akan menandai taktik berbeda yang diambil oleh Pemerintah AS saat ini. Sebelumnya, di era jabatan mantan presiden Donald Trump, pendekatan yang jauh lebih hati-hati diambil terhadap Rusia, termasuk dalam memilih untuk tidak mengkritik maupun menantang pemerintah negara itu secara langsung.
“Saya benar-benar percaya bahwa serangkaian tindakan yang dipahami oleh Rusia, tetapi mungkin tidak dapat dilihat oleh dunia yang lebih luas, sebenarnya cenderung menjadi tindakan yang paling efektif dalam hal mengklarifikasi apa yang diyakini AS sebagai batas dan apa yang kami siap lakukan sebagai tanggapan,” ujar Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada The New York Times pada Sabtu (20/3).
Sullivan menekankan bahwa sanksi tradisional tidak cukup memaksa negara seperti Rusia maupun China. Sebelumnya, Gedung Putih juga menyerang China karena dianggap melakukan pelanggaran hak.
Sementara itu, sumber senior Pemerintah Rusia mengatakan telah mengantisipasi serangan dunia maya yang diyakini dalam bentuk ‘kampanye informasi skala besar’ dan bertujuan mendiskreditkan vaksin untuk mencegah virus corona jenis baru (Covid-19) yang dikembangkan oleh negara itu. Terdapat dugaan bahwa akan ada berita palsu beredar di internet seputar kemanjuran vaksin Sputnik-V.
Berita palsu tersebut diyakini secara khusus ditujukan pada negara-negara Eropa yang telah memberi persetujuan darurat penggunaan vaksin Sputnik-V. Di antara negara tersebut adalah Hungaria, Slovakia, dan Serbia.
“Ini akan menjadi kejahatan siber internasional murni,” ujar juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Dalam upaya nyata pertamanya menetapkan kebijakan luar negeri sejak menjabat pada Januari, Biden mengisyaratkan akan mengejar sikap agresif terhadap musuh Amerika. Perseteruan dengan Rusia meningkat pekan lalu.
Beberapa hari sebelumnya, badan intelijen AS merilis laporan tentang upaya Rusia untuk mengganggu pemilihan umum pada November 2020 untuk kepentingan Trump. Frank Figliuzzi, mantan asisten direktur FBI mengatakan bahwa Biden mungkin akan melakukan sesuatu berupa pembalasan untuk Rusia dalam beberapa minggu ke depan, yang selama ini tidak pernah bisa dilakukan Trump.