REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Deri Adlis, Mubaligh di Kabupaten Kepulauan Anambas dan Sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kepulauan Anambas
Selang tiga minggu setiba Nabi saw. dan kaum muslimin dari Hudaibiyah, dan kejadian-kejadian sesudah perjanjian damai antara Nabi saw dengan kaum Quraisy itu bermunculan, maka ketika itu perasaan tidak puas dalam hati sanubari kaum muslimin terhadap peristiwa perjanjian damai itu masih bergelora. Tiba-tiba muncul di dalam hati sanubari kaum muslimin semangat baru yang menggerakkan mereka untuk melanjutkan cita-cita mengejar kemuliaan dan kemenangan kaum muslimin.
Karena perjanjian perdamaian yang telah dilakukan oleh Nabi saw. dengan kaum Quraisy ifir, menurut sebagian kaum muslimin, tidak sesuai dengan kemuliaannya yang sudah dapat dicapai di masa itu. Mengapa kaum muslimin suka berdamai dengan kaum musyrikin? Itulah pertanyaan yang memberikan semangat yang selalu menggelora di dalam dada kaum muslimin.
Ketika kaum muslimin tengah berjalan kembali dari Hudaibiyah, wahyu Allah telah diturunkan kepada Nabi saw. Beliaupun langsung membacakannya kepada kaum muslimin dan mereka pun mendengarkannya dengan saksama.
Semangat yang bergelora didada kaum muslimin semakin bernyala-nyala dengan sedemikian hebatnya. Melihat kondisi itu mendapat perhatian dari Nabi saw.
Kemudian terpikirlah oleh Nabi saw. apa yang harus diperbuat atau dilakukan guna menguatkan ketabahan dan keteguhan hati dan semangat yang bergelora dari para sahabat dan kaum muslimiin, dan jalan manakah yang harus ditempuh untuk menyebarluaskan Islam di muka bumi ini.