REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sejumlah merek ritel asing mendapat kecaman publik China karena menyinggung Xinjiang, Kamis (25/3). Ini terjadi setelah merek fashion H&M juga mengeluarkan pernyataan sikap sangat prihatin tentang laporan kerja paksa di wilayah Xinjiang.
Nike Inc mengatakan dalam pernyataan tak bertanggal mereka prihatin tentang laporan kerja paksa di Xinjiang. Nike pun turut mendapat kecaman. Selain itu, perusahaan pakaian olahraga Jerman Adidas mendapatkan kecaman karena menyinggung soal Xinjiang.
Banyak pengguna internet di China mengatakan, mereka akan berhenti membeli Nike dan akan mendukung merek lokal seperti Li Ning dan Anta. Sementara pengguna media sosial yang lain secara blak-blakan mengatakan kepada Adidas untuk meninggalkan China.
Sementara itu, saham Anta Sports Products Ltd melonjak lebih dari enam persen di Hong Kong pada Kamis setelah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan akan terus menggunakan kapas dari Xinjiang. Saham Li Ning Co melonjak lebih dari tujuh persen.
Sebelumnya perusahaan fashion asal Swedia, H&M mengatakan dalam sebuah pernyataan mereka sangat prihatin dengan laporan dari organisasi masyarakat sipil dan media terkait tuduhan kerja paksa, dan mengklaim tidak mengambil produk dari Xinjiang. "Menyebarkan rumor untuk memboikot kapas Xinjiang, sementara masih ingin menghasilkan uang di China? Mimpi!" bunyi kecaman Liga Pemuda Komunis, sayap pemuda dari partai yang berkuasa di Cina, yang diposting di media sosial Weibo.
Aktor Huang Xuan mengatakan di akun Weibo miliknya bahwa dia telah mengakhiri kontrak sebagai duta H&M. Xuan juga menentang "fitnah dan rumor yang beredar."
Pengguna internet juga menargetkan Better Cotton Initiative (BCI), sebuah grup global yang mempromosikan produksi kapas yang berkelanjutan yang pada Oktober mengatakan mereka menangguhkan persetujuannya atas kapas yang bersumber dari Xinjiang untuk musim 2020-2021. Mereka memiliki alasan kekhawatiran atas hak asasi manusia.