REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pola hidup yang sehat bagi penderita obesitas dan diabetes bergantung pada gaya hidup yang dijalankan. Mereka harus melakukan pengaturan makanan.
Menurut Ketua PERSADIA Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Mardi Santoso, penyebab maraknya penyakit non-infeksi adalah dari gaya hidup yang juga menular. "Contohnya saat makan ramai-ramai, ikut tetangga merokok, memesan makanan secara daring dengan kolesterol tinggi," ujarnya dalam workshop bersama Nutrifood, beberapa waktu lalu.
Untuk itu, perencanaan makan menjadi penting. Ada standar tertentu, bergantung hitungan tinggi badan dan aktivitas orang terkait.
Artinya, porsi dan komposisi setiap orang bisa berbeda. Pada umumnya, orang Indonesia membutuhkan asupan karbohidrat antara 45-50 persen, lemak 20-25 persen, dan protein dari setiap porsi makan.
Jika dijalani dengan baik, biasanya berat badan akan terkendali. Kontrol camilan, rutin olahraga, tidak merokok, tidak stres dan gizi seimbang, dapat mendukung tercapainya berat badan ideal.
"Camilan boleh kalau bisa jangan terlalu tinggi mungkin sekitar 100-125 kkal," ujarnya.
Perencanan makan juga berlaku bagi yang sudah memiliki bobot ideal, dengan prosesnya yang tentu jadi lebih mudah. Mardi menyarankan makan sebelum kenyang, makan seperlunya dibarengi latihan fisik ringan di rumah. Semua pihak, baik keluarga dan guru perlu memberi contoh bagi generasi penerus.
Mardi menyebut orang yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki risiko prediabetes dan diabetes. Pertanda prediabetes secara laboratoris adalah kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl dan atau kadar glukosa darah dua jam post prandial 140-199 mg/dl.
Umumnya kelompok berisiko prediabetes adalah orang dengan obesitas atau kegemukan, sering abortus, melahirkan bayi dengan berat badan empat kilogram atau lebih, porsi makan besar tetapi kurang gerak, serta keluarga memiliki riwayat diabetes.
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan membatasi asupan gula, garam, dan lemak, istirahat cukup, dan rutin aktivitas fisik 150 menit dalam sepekan dapat membantu mengurangi risiko prediabetes agar tidak berkembang menjadi DMT2.