REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dana Moneter Internasional (IMF) kembali merevisi pertumbuhan global pada pekan depan. Hal ini menyusul pandangan lebih baik bagi Amerika Serikat dan China di tengah ketidakpastian varian virus baru.
Seperti dilansir dari laman Bloomberg, Rabu (31/3) perkiraan ekonomi pada tahun ini lebih tinggi dari prediksi IMF pada Januari sebesar 5,5 persen. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan ekspansi pada 2022 juga akan lebih tinggi dari perkiraan IMF sebelumnya sebesar 4,2 persen.
Pandangan yang lebih baik didasarkan pada dukungan kebijakan tambahan sejak Januari, termasuk putaran stimulus Presiden Joe Biden sebesar 1,9 triliun dolar AS serta pemulihan yang dipicu oleh vaksin di negara-negara maju akhir tahun ini. Tindakan fiskal pemerintah sekitar 16 triliun dolar AS dan tanpa gerakan dan tindakan bank sentral tersebut, kontraksi tahun lalu akan menjadi setidaknya tiga kali lebih buruk.
Sekarang, dunia menghadapi pemulihan multi-kecepatan yang didukung oleh mesin AS dan China, bagian dari sekelompok kecil negara yang diproyeksikan mencapai produk domestik bruto sebelum krisis pada akhir tahun ini, bahkan ketika jutaan orang secara global menghadapi kemiskinan, tunawisma, dan kelaparan.
"Peruntungan ekonomi berbeda. Vaksin belum tersedia bagi semua orang dan di mana-mana. Terlalu banyak orang terus menghadapi kehilangan pekerjaan dan meningkatnya kemiskinan. Terlalu banyak negara yang tertinggal,” ucapnya.
Kerugian kumulatif pendapatan per kapita relatif terhadap proyeksi sebelum krisis akan menjadi 11 persen di negara-negara maju tahun depan dan sebesar 20 persen bagi negara-negara berkembang dan tidak termasuk China. Dia memperingatkan akan lebih banyak tekanan ke depan untuk pasar negara berkembang yang rentan, negara berpenghasilan rendah dan rentan.