Rabu 31 Mar 2021 13:00 WIB

Tidak Ingin Anak Tumbuh Egois? Jangan Lakukan 4 Hal Ini

Tak ada orang tua yang bermaksud membesarkan anaknya menjadi sosok egois.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Tak ada orang tua yang bermaksud membesarkan anaknya menjadi sosok egois.
Foto: www.freepik.com
Tak ada orang tua yang bermaksud membesarkan anaknya menjadi sosok egois.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak dan seseorang yang cenderung egois atau “entitled”, dianggap sebagai pribadi dengan perasaan hanya dirinya berhak atas segala sesuetu tanpa memperdulikan orang lain. Anak dapat menunjukkan sifat manja lantaran orang tua yang 'menyuap' sekolah untuk memasukkan anak atau mencontohkan perilaku buruk lainnya.

Tentu saja, sebagian besar orang tua tidak bermaksud membesarkan anak menjadi egois, tetapi para ahli mengatakan ada beberapa kesalahan umum yang dilakukan. Hal itu dapat berkontribusi pada pertumbuhan anak dengan perasaan bahwa sesuatu adalah milik mereka.

Baca Juga

Berikut empat hal yang perlu diingat, dilansir laman Huffpost, Rabu (31/3).

Kesalahan 1: Tidak secara aktif mengajari anak cara mengatasi situasi yang tidak sesuai harapan

 “Pertama, dalam hal menjaga hak masa kanak-kanak, penting bagi orang tua untuk bersikap realistis,” jelas Aliza Pressman, salah satu pendiri Mount Sinai Parenting Center dan pembawa acara podcast Raising Good Humans.

Anak-anak di bawah usia 4 tahun belum mengembangkan apa yang dikenal sebagai "teori pikiran," atau mekanisme kognitif yang memungkinkan kita untuk menghubungkan keyakinan dan perasaan tertentu dengan diri kita sendiri dan orang lain, katanya. Jadi sangat tepat bagi mereka untuk terjebak dalam perasaan dan perspektif mereka sendiri.

"Jika otak tidak siap secara kognitif untuk membayangkan pengalaman orang lain, akan lebih sulit untuk memiliki empati," kata Pressman.

Namun penting bahwa ketika anak-anak beralih dari usia balita ke usia sekolah, orang tua secara aktif mengajarkan bahwa mereka tidak akan selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua juga harus menjelaskan kepada anak-anak bahwa tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan mungkin akan membuat mereka merasa tidak enak, tetapi beri pengertian lebih lanjut.

Kesalahan 2: Tidak memberi mereka tanggung jawab rumah tangga yang cukup.

Tanggung jawab mengajar adalah tugas yang sangat besar dalam mengasuh anak. Tugasnya tidak perlu terlalu besar, tapi bisa dimulai sejak dini. Suruh anak membawa piring mereka ke dapur atau membersihkan meja sendiri. Ortu bisa melakukannya saat anak berusia 3 tahun. Sayangnya menurut sehuah riset, hal ini tidak diterapkan di banyak keluarga.

Kesalahan 3: Tidak jelas tentang batasan.

Batasan sangat penting dalam proses membesarkan anak-anak. Tetapi sulit untuk bersikap konsisten jika ortu plin-plan tentang batasan sebenarnya. Jadi, lakukan sedikit evaluasi.

Ketegasan benar-benar dapat membantu menjaga rasa hak istimewa anak-anak, tetapi ortu dapat menjadi penyayang dan tegas pada saat yang sama. Coba ungkapkan kalimat empati untuk menilai wajar kemarahan anak. Tapi yang tidak boleh dilupakan adalah ortu perlu menetapkan batasan untuk membantu anak mengatasi perasaan sedih atau frustrasi mereka akibat masalah yang ada.

Kesalahan 4: Kegagalan untuk mencontoh perilaku yang ingin Anda lihat.

Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka benar-benar memperhatikan bagaimana orang tua dan pengasuh berperilaku terhadap orang lain, dan mereka banyak belajar dari sana.

Hal pertama yang selalu ingin Anda lakukan adalah melihat bagaimana Anda memperlakukan orang lain. Satu evaluasi sederhana yang perlu diingat adalah dengan bertanya pada diri sendiri: "Apakah saya bangga dengan perilaku saya saat ini?"

Sekali lagi, orang tua tentu tidak lepas dari kesalahan. Akan tetapi ingat. anak-anak akan melihat dan belajar bagaimana orang tua berperilaku sehari-hari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement