Rabu 31 Mar 2021 17:37 WIB

Studi WHO Tegaskan Virus Corona Bukan Berasal dari Lab Wuhan

Virus corona kemungkinan dari kelelawar menyebar ke hewan lain sebelum ke manusia

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.
Foto: MgIT03
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Virus corona kemungkinan telah muncul di kelelawar dan menyebar ke hewan lain sebelum melompat ke populasi manusia.

Kesimpulan ini berdasarkan sebuah studi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan ilmuwan China yang dirilis Selasa (30/3). Laporan juga menemukan bahwa sangat tidak mungkin virus itu bocor dari laboratorium di Wuhan.

Baca Juga

Penemuan ini adalah hasil dari studi bersama oleh para ilmuwan China dan tim yang dipimpin WHO yang berada di China bulan lalu untuk menyelidiki asal-usul virus tersebut, dilansir di NBC News, Rabu (31/3).

Dalam laporan tersebut, tim peneliti merinci skenario yang paling mungkin menyebabkan virus menyebar ke manusia, tetapi banyak pertanyaan tetap tidak terjawab. Penyelidikan telah menjadi pusat ketegangan politik sejak awal, dengan AS dan banyak pihak menuduh China tidak mengungkap seluruh data.

Mengidentifikasi sumber virus, yang dapat memakan waktu bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun, adalah cara penting bagi para ilmuwan untuk memahami munculnya penyakit menular dan mencegah wabah serupa.

Rute penularan yang paling mungkin, kata para peneliti, adalah dari kelelawar ke manusia melalui inang hewan perantara. Penularan langsung dari kelelawar ke manusia juga dianggap sebagai jalur yang memungkinkan.

Laporan tersebut merekomendasikan penelitian tambahan untuk skenario tersebut dan skenario lainnya, termasuk studi retrospektif dari kasus paling awal yang diketahui terkait dengan pasar makanan laut di Wuhan, China.

Pasar Wuhan adalah tempat kelompok kasus manusia pertama yang dilaporkan, tetapi laporan WHO mengatakan tidak jelas apakah itu sumber awal wabah.

Ahli virologi Belanda yang merupakan anggota delegasi WHO, Marion Koopmans, mengatakan bahwa sementara kelompok utama pertama dilaporkan di Wuhan, tidak diketahui secara pasti apakah virus itu berasal dari sana.

Koopmans mengatakan penyelidikan tidak menemukan bukti yang dapat dipercaya bahwa virus corona bocor dari laboratorium. Hipotesis kebocoran laboratorium digembar-gemborkan oleh Presiden Donald Trump dan yang terbaru dipromosikan oleh Dr. Robert Redfield, mantan direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

"Orang lain tidak percaya itu. Tidak apa-apa. Ilmu pengetahuan pada akhirnya akan menemukannya." kata Redfield.

Robert Garry, ahli virologi di Fakultas Kedokteran Universitas Tulane yang tidak terlibat dalam penyelidikan WHO, mengatakan tim peneliti benar untuk sebagian besar menolak gagasan bahwa virus itu bocor dari laboratorium.

Sekitar setahun yang lalu, Garry dan rekan-rekannya menganalisis urutan genom virus corona yang muncul di Wuhan dan menentukan bahwa virus tersebut kemungkinan besar telah berevolusi dari alam.  

Dengan kata lain, para ilmuwan tidak menemukan bukti bahwa virus itu direkayasa atau diubah di fasilitas penelitian.

"Memahami bagaimana virus corona muncul pada kelelawar atau spesies lain akan memberikan data penting tentang evolusi dan ekologi patogen potensial, panduan untuk mendeteksi kemunculannya dan menyarankan solusi untuk desain tindakan pencegahan yang tepat," kata Garry.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement