Kamis 01 Apr 2021 05:00 WIB

PBB Salahkan Houthi Atas Serangan di Bandara Aden

Akibat serangan di Bandara Aden setidaknya 20 orang tewas.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Indira Rezkisari
Sebuah ledakan besar menghantam bandara di kota Aden, Yaman selatan, pada Rabu (30/12).
Foto: EPA
Sebuah ledakan besar menghantam bandara di kota Aden, Yaman selatan, pada Rabu (30/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan serangan mematikan yang terjadi pada 30 Desember 2020 lalu di Bandara Aden, Yaman dan dilakukan dengan rudal. Rudal tersebut mirip yang dimiliki oleh milisi Houthi dan ditembakkan dari lokasi di bawah kendali mereka.

Akibat serangan itu, setidaknya 20 orang tewas termasuk wakil menteri pekerjaan umum dan melukai lebih dari 100 orang. Panel ahli menyimpulkan, setidaknya dua rudal diluncurkan dari Bandara Taiz menuju Aden pada 30 Desember 2020 dan kemungkinan ada penambahan dua rudal yang diluncurkan dari pusat pelatihan polisi di Kota Dhamar.

Baca Juga

“Panel telah mengonfirmasi bahwa kedua lokasi berada di bawah kendali pasukan Houthi pada saat peluncuran,” kata panel tersebut, dilansir Aljazirah, Rabu (31/3).

Tiga ledakan terjadi beberapa menit usai pesawat yang membawa Perdana Menteri Maeen Abdulmalik Saeed, anggota kabinet, dan pejabat pemerintah lain telah mendarat. Bandara dihantam oleh tiga rudal balistik. Kemungkinan rudal versi Badr-1P yang telah menjadi bagian dari persenjataan Houthi sejak 2018.

Menanggapi itu, pihak Houthi menolak laporan PBB pada Rabu (31/3). “Setiap laporan tentang Yaman dikeluarkan tanpa komite independen ditolak. Laporan itu tidak realistis, bias, dan kurang kredibilitas,” kata komandan politik Houthi Mohammed Ali al-Houthi.

Menurut ringkasan laporan investigasi rahasia yang diperoleh pada Selasa rudal tersebut merupakan upaya untuk menghantam pesawat yang membawa pejabat pemerintah dan ruang VIP, tempat konferensi pers telah direncanakan. Kota pelabuhan selatan Aden adalah ibu kota de facto Yaman, tempat pemerintah yang diakui secara internasional bermarkas setelah dialihkan dari ibu kota Sana’a di utara oleh milisi Houthi.

Konflik di Yaman dimulai dengan pengambilalihan Sana’a pada 2014. Koalisi pimpinan Saudi yang didukung oleh Amerika Serikat dan bersekutu dengan pemerintah telah memerangi pemberontak sejak Maret 2015. Konflik tersebut telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia dan mendorong ribuan orang Yaman ke ambang kelaparan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement