REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kebijakan Kemendikbud meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka untuk mempersiapkan mahasiswa yang siap menghadapi perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan tidak menentu.
“Saat ini kita berada pada era di mana Revolusi Industri 4.0. Revolusi industri 4.0 ini telah mendorong inovasi-inovasi teknologi yang memberikan dampak disrupsi terhadap kehidupan masyarakat. Inovasi melahirkan keadaan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity) yang merupakan gambaran situasi di dunia bisnis di masa kini,” tutur kepala bagian Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Universitas BSI (Bina Sarana Informatika), Tati Mardiana, Kamis (1/4).
Tati mengatakan, Volatility berarti sebuah perubahan dinamika yang sangat cepat dalam berbagai hal seperti sosial, ekonomi dan politik. Uncertainty bermakna sulitnya memprediksi isu dan peristiwa yang saat ini sedang terjadi. Complexity yakni sebuah fenomena memiliki banyak variabel kausal yang sulit dipahami. Sedangkan Ambiguity merupakan situasi yang dihadapi tidak memiliki kejelasan mata rantai penyebab dan akibatnya.
“Indonesia harus mampu beradaptasi agar tidak tertinggal jauh dengan negara lain. Untuk itu, kompetensi mahasiswa Universitas BSI harus disiapkan untuk menghadapi era VUCA ini,” pungkasnya.
Ia memaparkan, program merdeka belajar ini memberikan peluang kepada perguruan tinggi untuk membekali mahasiswa dengan pengalaman dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan dinamika era revolusi industri 4.0.
“Sertifikat kompetensi sangat diperlukan sebagai bukti pengakuan kompetensi terhadap capaian kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, berbasis pada standar kompetensi yang telah disepakati dan ditetapkan. Sertifikat kompetensi diperoleh melalui proses sertifikasi yang dilaksanakan oleh LSP Universitas BSI yang mendapat lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi,” ujarnya.
Universitas BSI menjadi salah satu perguruan tinggi yang memiliki lembaga sertifikasi dan telah memperoleh lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). “Universitas BSI memfasilitasi mahasiswa untuk memiliki kompetensi sesuai dengan minatnya. LSP Universitas BSI telah mensertifikasi ribuan mahasiswa Universitas BSI dengan skema sertifikasi Programmer dan Network Administrator Muda,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan sertifikasi untuk program studi yang ada di kampus Universitas BSI, LSP Universitas BSI telah melakukan pengembangan skema seperti Analis Program, Network Administrator Madya, Desain Grafis Muda, Desain Grafis Madya, Video Editing, Produser Televisi, Asisten Produser Televisi, Operator Kamera, Public Relation Officer, Tenaga Pemasar Operasional, Office Executive Administrative Assistant, Fotografi Muda, Fotografi Madya, dan Fotografi Iklan.
“LSP Universitas BSI juga telah melakukan penambahan asesor dengan mengikuti pelatihan dan uji kompetensi calon asesor yang diselenggarakan oleh BNSP. Saat ini, LSP Universitas BSI memiliki 140 asesor kompetensi yang memiliki tugas merencanakan kegiatan aktivitas asesmen, melaksanakan asesmen dan memberikan kontribusi dalam validasi asesmen,” ucapnya.
Pada akhir 2020, BNSP telah melakukan surveilan ke LSP Universitas BSI untuk memeriksa kelengkapan dokumen pelaksanaan sertifikasi dan LSP Universitas BSI telah membuktikan keseriusannya dalam mengelola sertifikasi profesi sesuai dengan Pedoman BNSP.
“Hadirnya LSP Universitas BSI mendukung implementasi kampus merdeka di Universitas BSI untuk menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten, terampil, dan unggul, sehingga sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,” tandasnya.