Selasa 06 Apr 2021 00:41 WIB

Inggris dan Nasib Muslim Bengali

Pertemuan Islam dengan Bengal berlangsung lama dan tenang

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Muslim Bangladesh melaksanakan Shalat Jumat di Masjid Nasional Baitul Mukarram, Dhaka, Bangladesh, Jumat (18/5).
Foto: Mohamed Ponir Hossain/Reuters
Muslim Bangladesh melaksanakan Shalat Jumat di Masjid Nasional Baitul Mukarram, Dhaka, Bangladesh, Jumat (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Direktur Jenderal Yayasan Gyantapas Abdur Razaq di Dhaka, Ahrar Ahmad memberi penjelasan tentang sejarah Islam dan di Bangladesh. Profesor dari Universitas Negeri Black Hills AS itu mengungkapkan salah satu paradoks besar yang dihadapi orang Bangladesh yang diekspresikan dalam negosiasi dan kontestasi.

Terutama terkait siapa mereka dalam konteks ketegangan yang disebabkan oleh klaim Universalis tentang agama mereka di satu sisi dan tuntutan partikularis dari etnisitas mereka dan budaya di sisi lain. Misalnya dalam pemilihan Legislatif Bengal tahun 1937, mereka memberikan suara yang sebagian besar mendukung orang-orang independen.

Baca Juga

Pada tahun 1946, sebagian besar populasi memberikan suara yang sangat banyak untuk mendukung Liga Muslim dalam dukungannya untuk Pakistan sehingga merangkul kekhasan agama dari identitasnya.

Namun, pada tahun 1970-71 sebagian besar dari orang yang sama memilih untuk menolak gagasan itu, dan akhirnya terjadi ketegangan untuk menegaskan kesadaran baru diri yang berlabuh pada determinan bahasa dan budaya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement