Senin 12 Apr 2021 19:10 WIB

Indonesia Perbanyak Eksposur kepada Warga Korsel

Korsel mengenal Indonesia hanya sebagai penggemar KPop terbesar.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia berupaya menjalin hubungan erat dengan Korea Selatan. Indonesia memperbanyak eksposur mengenai Indonesia kepada warga Korsel.

Hal ini mengingat bahwa dalam hubungan kedua negara, masyarakat Indonesia cenderung lebih mengenal baik Korsel melalui Korean Wave. Sedangkan pengetahuan warga Korsel mengenai Indonesia masih sangat minim.

Baca Juga

Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Santo Darmosumarto menjelaskan bahwa pemberitaan mengenai Korsel di Indonesia terwakili dengan baik, tapi tidak sebaliknya.

"Orang-orang Korsel sebatas tahu Indonesia adalah negara tropis. Masalah-masalah yang dicover oleh media Korsel mengenai Indonesia juga hanya terbatas pada bencana alam, Kpop dan terorisme," ujar Santo dalam pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, Jumat (9/4).

Indonesia merupakan negara pertama dengan tweet tentang KPop terbesar yakni sebanyak 6,7 miliar. Indonesia juga negara kedua terbesar di luar Korea yang menonton video KPop di Youtube. Bahkan pencarian Kdrama di Youtube di Indonesia meningkat hingga 130 persen pada 2020.

Hal ini menunjukkan bahwa pertukaran budaya antara Indonesia dan Korsel masih sangat timpang. Maka tak heran jika masyarakat Korsel mengenal Indonesia hanya sebagai penggemar KPop terbesar.

"Kita menyukai Korea karena modernnya, semangatnya, budayanya yang baru. Ada sesuatu yang bisa kita jembatani antara budaya Indonesia dan Korea, itu yang harus lebih kita dorong," ucap Santo.

Pemerintah pun berupaya untuk meningkatkan pemahaman mengenai Indonesia di Korea yakni dengan meningkatkan pengetahuan mengenai sejarah dan hubungan bilateral kedua negara, meningkatkan kesadaran mengenai nilai-nilai kedua negara yang sama, dan menjembatani berbagai program sumber daya manusia.

Indonesia juga meningkatkan jumlah beasiswa ke Korea. Selain itu, juga mengadakan pertukaran jurnalis Indonesia- Korea untuk menciptakan networking jurnalis dari kedua negara.

Member of Advisory Group of Presidential Commitee on the New Southern Policy Korea, Prof. Wongi Choe menambahkan, Indonesia dan Korsel dapat menjalin hubungan lebih erat lagi. Sebab, kedua negara tidak memiliki hubungan buruk di masa lalu.

"Indonesia dan Korsel berbagi banyak hal yang sama. Kedua negara merupakan middle power dan memiliki kepentingan yang sama," kata Prof. Wongi Choe dalam kesempatan yang sama.

Melalui New Southern Policy Plus Framework, Korsel memperluas kerjasama dengan negara-negara di ASEAN di berbagai bidang. Menurut Prof. Choe, Korsel merasa bahwa kekuatan nasionalnya tidak terletak pada hard power, tetapi pada pengalaman pembangunannya yang sukses dengan industri teknologi tinggi dan pada soft power dengan pengaruh budaya yang semakin berpengaruh.

Oleh karena itu, cara-cara baru yang ditemukan Korsel untuk memproyeksikan kepemimpinan dan pengaruhnya bukan di bidang militer dan keamanan, tetapi di wilayah yang dirasa paling nyaman dan kompetitif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement