REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertukaran yang melibatkan Miralem Pjanic dan Arthur Melo merupakan salah satu kesepakatan paling penting yang dilakukan oleh Barcelona dan Juventus pada musim panas 2020. Namun kepindahan dengan latar belakang finansial yang jelas di belakangnya sekarang tampak seperti kesepakatan yang tak menguntungkan bagi kedua klub.
Tidak ada pemain yang mendapat keuntungan dari perpindahan tersebut dari perspektif sepak bola. Dengan musim yang hampir berakhir, sekarang dapat dikatakan bahwa itu bukan bisnis olahraga yang baik, seperti laporan Marca, Selasa (13/4).
Andre Cury yang sebelumnya menjadi bagian dari sekretariat teknis Barcelona menyebut transfer itu sebagai penyimpangan. Barcelona membiarkan gelandang berusia 24 tahun pergi untuk mendapatkan pengalaman. Di sisi lain, Pjanic yang berusia 31 tahun diharapkan memberikan dampak instan untuk Blaugrana.
Pada akhirnya, Barcelona membayar 60 juta euro untuk pemain Bosnia itu dan Juventus membayar 72 juta euro untuk Arthur. Artinya, Los Cules mendapatkan total 12 juta euro, ditambah lima juta pembayaran bonus. Itu satu-satunya cara Barcelona dapat menyeimbangkan pembukuan mereka pada akhir Juni.
Sayangnya, di lapangan Pjanic hanya memainkan 28 pertandingan di semua kompetisi dan hanya menjadi starter dalam 13 pertandingan. Dalam pertandingan terbesar musim ini melawan Paris Saint-Germain (PSG) di Liga Champions, di mana Barcelona akhirnya tersingkir, Pjanic hanya bermain selama 11 menit.
Nasib Arthur juga serupa. Ia turun dalam total 24 pertandingan, tapi penampilannya tidak konsisten. Ini menunjukkan bahwa transfer yang dilakukan semata-mata karena alasan ekonomi jarang menjadi gerakan sepak bola terbaik yang dapat dilakukan sebuah tim.