Selasa 13 Apr 2021 19:33 WIB

Pengamat: Tugu Sepeda Tidak Penting dan Mubazir

Seharusnya yang dikerjakan adalah pembangunan fasilitas untuk warga yang bersepeda

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Esthi Maharani
Pesepeda berolahraga di kawasan Kuningan, Jakarta
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Pesepeda berolahraga di kawasan Kuningan, Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat Tata Kota Nirwono Yoga mengatakan pembangunan Tugu Sepeda sebesar Rp 800 juta di kawasan Jalan Sudirman tidak ada hubungannya untuk mengajak orang agar mau bersepeda. Menurutnya, pembangunan tersebut juga tidak penting dan hanya membuang uang saja atau mubazir.

"Seharusnya yang dikerjakan adalah pembangunan fasilitas untuk masyarakat yang bersepeda. Seperti jalurnya, rambunya dan pembatasnya di lima wilayah. Dengan begitu, masyarakat akan semakin tertarik bersepeda," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (13/4).

Kemudian, ia melanjutkan dana tersebut juga bisa buat fasilitas parkir sepeda di setiap wilayah DKI Jakarta. Hal ini yang harus dipikirkan bukan membuat tugu sepeda yang sama sekali tidak bermanfaat untuk masyarakat.

"Ya itu bangun tugu sepeda buat peninggalan Anies saja saat ia menjabat sebagai Gubernur. Hanya kepentingan pribadi dan biar masyarakat ingat dia (Anies)," kata dia.

Sebelumnya diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bakal membangun tugu sepeda di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Pembangunan tugu sepeda di Jakarta merupakan bagian dari rencana pembuatan jalur sepeda permanen di kawasan Jakarta Pusat.

"Anggaran tugunya Rp800 juta," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria.

Politisi Gerindra itu menjelaskan, biaya yang dipakai membangun monumen itu tidak bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Uang itu didapatkan dari anggaran dari kewajiban pihak swasta yang nilainya Rp28 milar.

"Tugu sepeda ini dapat anggaran dari kewajiban pihak swasta, pihak ketiga," tutur Riza.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement