REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berencana untuk menarik 2.500 personel pasukan AS yang tersisa dari Afghanistan pada 11 September 2021. Penarikan pasukan ini bertepatan dengan 20 tahun serangan Alqaidah yang menghantamkan pesawat ke World Trade Center di New York dan Pentagon.
Seorang pejabat senior pemerintahan Biden yang enggan disebutkan namanya mengatakan, keputusan Presiden Biden menunjukkan bahwa dia telah menyimpulkan kehadiran militer AS tidak akan menentukan tercapainya perdamaian di Afghanistan. Sebelumnya, hal tersebut adalah asumsi utama Pentagon yang telah lama mendukung penempatan pasukan Amerika di Kabul.
"Tidak ada solusi militer untuk masalah yang mengganggu Afghanistan, dan kami akan memfokuskan upaya kami untuk mendukung proses perdamaian yang sedang berlangsung," kata pejabat senior pemerintah itu.
Laporan intelijen AS, yang dikirim ke Kongres, menyatakan bahwa, Kabul terus menghadapi kemunduran di medan perang, dan Taliban yakin dapat mencapai kemenangan militer. Sebelumnya, AS berencana menarik sisa pasukannya dari Afghanistan pada 1 Mei seperti yang sudah disetujui oleh mantan Presiden Donald Trump dan Taliban.
Namun penarikan pasukan AS pada 1 Mei kemungkinannya semakin kecil karena belum ada persiapan di lapangan. Selain itu, para pejabat AS menuding Taliban telah gagal memenuhi komitmen untuk mengurangi kekerasan dan serangan.
Beberapa pejabat telah memperingatkan bahwa Taliban terus melakukan komunikasi dengan kelompok Alqaidah. Pemerintahan Biden mengatakan, Alqaidah saat ini tidak menjadi ancaman bagi AS.
Baca juga : Biden Ingin Normalkan Hubungan dengan Rusia
Saat ini terdapat sekitar 2.500 personel militer AS yang tersisa di Afghanistan. Sebelumnya pada 2011 AS mengerahkan 100 ribu personel pasukan. Selama penempatan di Afghanistan sebanyak 2.400 tentara AS terbunuh dan ribuan lainnya terluka.
Presiden AS berupaya untuk melepaskan diri dari Afghanistan agar negara tersebut bisa mencapai perdamaian yang abadi. Namun harapan ini dikacaukan oleh kekhawatiran terkait kekuatan pasukan keamanan Afghanistan, korupsi endemik di Afghanistan, dan ketahanan pemberontakan Taliban yang menikmati tempat berlindung yang aman di seberang perbatasan di Pakistan.
Senator Demokrat AS Bob Menendez mengatakan, Amerika Serikat dapat memutus bantuan keuangan ke Afghanistan jika ada kemunduran pada pemenuhan hak-hak masyarakat sipil, termasuk hak-hak perempuan. Sebelumnya di bawah pemerintahan Taliban, hak-hak perempuan dan anak perempuan sangat dibatasi.