REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Rupee India saat ini menempati posisi sebagai mata uang dengan kinerja terburuk di Asia. Padahal pada kuartal sebelumnya, rupee India merupakan mata uang yang terbaik di Asia.
Penurunan kinerja ini masih berpotensi terjadi di tengah kebangkitan kasus Covid-19 yang mengancam melumpuhkan ekonomi India.
Rupee melemah melewati 75 per dolar AS untuk pertama kalinya dalam delapan bulan terakhir. Federal Bank Ltd. memperkirakan mata uang India tersebut akan turun lebih jauh ke level 76 per dolar AS pada akhir tahun ini.
Kekacauan juga membebani obligasi negara karena India mengambil alih Brasil sebagai negara Covid-19 terparah kedua di dunia. Pembatasan pergerakan yang lebih ketat di India akan menekan permintaan dan mendorong ekonomi ke dalam kontraksi.
“Pertumbuhan ekonomi akan lebih terpengaruh daripada yang kami perkirakan. Kami meremehkan dampak Covid-19,” kata kepala perbendaharaan di Federal Bank Ltd, V Lakshmanan, dikutip Bloomberg, Jumat (16/4).
Sejauh ini rupee telah merosot 2,5 persen terhadap dolar di bulan April. Sebelumnya rupee juga jatuh 0,1 persen di kuartal pertama 2021. Ini lebih baik daripada mata uang Asia lainnya yang berupaya menahan kenaikan imbal hasil AS dalam tiga bulan terakhir.
Pedagang khawatir daya tarik rupee bisa mulai memudar. Kenaikan harga komoditas dapat mendorong neraca berjalan menjadi defisit pada awal kuartal kedua.
Sementara pelonggaran kuantitatif bank sentral yang diumumkan minggu lalu terlihat menambah kelebihan likuiditas dan memperburuk kondisi rupee. Namun, Barclays Plc mengharapkan Reserve Bank of India untuk mempertahankan rupee menggunakan cadangan devisa yang sangat besar.