REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang optimistis akan memberikan vaksin Covid-19 kepada 70 juta masyarakat sampai Juli mendatang terlalu ambisius dan tidak realistis. "Target ini akan sulit dicapai. Jangan terlalu ambisius. Saat ini saja di Indonesia masih minim vaksin apalagi lanjut usia (lansia). Penerapan 3T pun masih rendah. Kasus Covid-19 menurun? itu karena tidak kelihatan. Testingnya pun kurang memadai. Boleh punya target tapi realistis," katanya Jumat (16/4).
Dicky melanjutkan jangan menjadikan vaksin andalan menyelesai pandemi Covid-19. Ini tidak bisa dianggap seperti itu. Tetap harus menerapkan 3T dan 5M. Negara lain sangat disiplin dengan memberikan ruangan karantina dan testing di setiap masyarakatnya. "3T kan rendah di Indonesia apalagi daerah. Pembatasan dan kebijakannya pun kurang disiplin. Ini yang menjadi tugas pemerintah kalau memang mau benar-benar menurunkan kasus pandemi jangan hanya memikirkan vaksin tapi juga gimana caranya perkuat 3T," kata dia.
Sebelumnya diketahui, Presiden Joko Widodo optimistis pemerintah bisa menyuntik vaksin virus corona (Covid-19) kepada 70 juta penduduk hingga Juli mendatang. Dia mengatakan target itu perlu diwujudkan, sehingga Indonesia bisa menurunkan laju penyebaran Covid-19 secepatnya.
"Nanti di bulan Juli target kita paling tidak 70 juta penduduk kita harus sudah divaksinasi. Nanti kurvanya akan kelihatan turunnya di bulan Juli kalau vaksinasi mencapai 70 juta orang," kata Jokowi saat berpidato Rapat Koordinasi Kepala Daerah Tahun 2021, disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (14/4).
Jokowi mengatakan vaksinasi melengkapi upaya pemerintah mengatasi pandemi Covid-19. Selain penyuntikan vaksin, pemerintah juga menggencarkan penerapan PPKM Mikro dan penegakan protokol kesehatan.