Selasa 20 Apr 2021 15:58 WIB

Masyarakat Jabar Agar Pilah Sampah Organik dan Non Organik

Dalam sehari jumlah sampah plastik yang dapat didaur ulang mencapai 6.400 ton

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat meninjau proses daur ulang sampah plastik yang diolah oleh PT Namasindo Plas di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (20/4/2021)
Foto: Pipin/Biro Adpim Jabar
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat meninjau proses daur ulang sampah plastik yang diolah oleh PT Namasindo Plas di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (20/4/2021)

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil meninjau proses daur ulang sampah plastik air minum yang diolah oleh PT Namasindo Plas di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (20/4). 

Pabrik tersebut memiliki teknologi yang dapat mengubah sampah plastik menjadi botol air mineral siap pakai. Sampah yang sudah diolah akan dijual kepada industri air minum yang membutuhkan.

"Ini membuat semangat agar semua sampah plastik yang bisa didaur ulang bisa kita ubah di sini dan dijual kembali ke industri-industri yang membutuhkan botol plastik air mineral," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.

Emil mendorong masyarakat Jabar untuk memilah sampah organik dan nonorganik, khususnya sampah plastik. Berdasarkan catatan Dinas Lingkungan Hidup Jabar, dalam sehari jumlah sampah plastik yang dapat didaur ulang mencapai 6.400 ton di seluruh Jabar. 

"Kami sehari ada 6.400 ton sampah plastik yang bisa didaur ulang, bahkan sampah plastik dari Bali dan Lombok pun dibeli oleh Jabar," kata Emil.

Menurutnya, pengolahan sampah plastik dan menjadi sirkular ekonomi ini menjadi komitmen Pemda Provinsi Jabar agar Indonesia tidak lagi dicap sebagai negara yang banyak membuang sampah plastik ke laut.

Dalam peninjauan proses daur ulang sampah tersebut, Emil didampingi oleh pemerhati lingkungan laut yang juga pendiri Indonesia Ocean Pride Hamish Daud. 

"Mas Hamish Daud yang paham banget betapa di laut kita sebenarnya banyak sampah plastik karena orang tidak ada solusinya," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya berkomitmen di 2021 akan menjadikan problem sampah plastik bisa selesai dengan sistem sirkular ekonomi. Agar Indonesia tidak lagi di-bully karena banyak sampah plastik di lautan. 

Emil sendiri menyebut proses daur ulang sampah plastik air minum dengan nama sirkular ekonomi. Sebab, semua pihak yang terlibat dalam proses tersebut akan mendapatkan keuntungan ekonomi. 

"Dari sejak air mineral itu diminum lalu dibuang dia bisa muter lagi oleh pelestari, lalu ke kolektor yaitu pabrik ini. Lalu dijual lagi ke industri. Karena prosesnya berputar 100 persen itulah kita sebut dengan sirkular ekonomi," paparnya.

Menurutnya, proses daur ulang sampah plastik ini juga memanfaatkan aplikasi bernama Octopus. Aplikasi yang kini sudah bisa diunduh oleh masyarakat Jabar ini bertujuan mengajak masyarakat untuk mengumpulkan sampah. Setiap sampah memiliki poin, dan poin tersebut dapat dikonversi menjadi uang. 

"Nanti Octopus digunakan oleh pengguna untuk memanggil pelestari yang akan mengambil sampah langsung dari rumah, sehingga meningkatkan pendapatan mereka, bisa dapat Rp 2 juta sampai Rp5 juta tergantung banyaknya sampah plastik yang disetorkan," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement