REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya menggelar apel dalam rangka Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2021, Senin (26/4). Momen ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana.
Apel tersebut diikuti berbagai unsur terkait, antara lain Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), jajaran Polri, TNI, dan Palang Merah Indonesia (PMI). Menurut Pelaksana Tugas Wali Kota Tasikmalaya Muhammad Yusuf, kejadian bencana di wilayah Kota Tasikmalaya cenderung meningkat dalam setahun terakhir.
Kejadian bencana itu, antara lain longsor, genangan air, juga pohon tumbang. “Itu semua berawal dari cuaca ekstrem,” kata Yusuf, Senin.
Yusuf mengatakan, kejadian bencana akibat kondisi cuaca ekstrem itu tidak bisa dengan mudah diprediksi. Karenanya, kata dia, diperlukan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana tersebut. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan itu, menurut dia, diperlukan latihan atau simulasi bencana secara rutin.
Dengan kegiatan simulasi secara rutin, Yusuf meyakini masyarakat akan semakin paham akan potensi bencana dan mitigasinya. Pemahaman warga akan mitigasi ini nantinya diharapkan dapat menekan risiko bencana. “Saya berharap dengan adanya kegiatan seperti ini, pemahaman dalam hal penanggulangan bencana dapat meningkat dan menumbuhkan kepedulian yang tinggi terhadap upaya-upaya penanggulangan bencana di Kota Tasikmalaya,” ujarnya.
Yusuf pun meminta personel BPBD Kota Tasikmalaya terus menyampaikan informasi potensi bencana kepada masyarakat. Dalam upaya penanggulangan bencana, kata dia, BPBD juga mesti meningkatkan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait lainnya. “Apalagi alat yang kita punya sangat terbatas. Karenanya, dibutuhkan koordinasi alat yang baik dengan TNI dan Polri,” kata Yusuf.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya Undang Hendiana, salah satu kejadian bencana yang kerap terjadi adalah luapan air sungai. Hal itu dipengaruhi kondisi curah hujan yang tinggi dan terbatasnya kapasitas sungai dalam menampung air.
Dalam upaya mitigasi bencana, Undang mengatakan, dibutuhkan keterlibatan semua pihak, sehingga usaha menekan risiko bencana ini dapat berjalan secara maksimal. “Untuk mitigasi bencana itu kan bukan hanya tugas BPBD, tapi juga ada peran instansi lain, dan masyarakat untuk ikut menjaga wilayah sungai,” kata dia.