REPUBLIKA.CO.ID, KENDAL--KLHK bekerjasama dengan Multi-stakeholders Forestry Programme Tahap 4 (MFP4) tengah mendemonstrasikan sebuah pendekatan dari pasar (market driven approach) sebagai upaya mendukung peningkatan pertumbuhan usaha kehutanan berbasis masyarakat.
Dalam kerangka pendekatan itu, MFP4 melakukan inkubasi pada mitra kerjanya yang disebut sebagai Market Access Players. Mereka adalah mitra yang membantu para pelaku Usaha Hutan Berbasis Masyarakat (Community-Based Forest Enterprises) untuk berkembang lebih cepat, menjadi stabil secara finansial dan dapat menjual produk yang menjawab permintaan pasar dan konsumen.
Salah satu market access player yaitu Nares Essential Oil (Nares), dengan minyak atsiri sebagai produk unggulannya. Minyak atsiri atau essential oils, merupakan komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga.
“Disini Nares diantaranya mengolah daun cengkeh dan serai wangi, yang merupakan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), menjadi minyak atsiri atau essential oil. Dua tanaman ini, bisa dibudidayakan dengan memanfaatkan lahan hutan dan ditanam diantara tegakan tanaman hutan,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) Misran, saat meninjau proses produksi di pabrik pengolahan minyak atsiri yang berlokasi di Kendal Jawa Tengah, Ahad (25/4).
Sebagai salah satu market access player, yang membedakan Nares dengan produk lain yaitu bisnis modelnya yang melibatkan petani lokal pula. Nares melakukan pendampingan ke petani dalam hal pembibitan, penanaman, pasca panen, hingga produksi.
"Nares memproduksi minyak atsiri dengan bahan baku yang ditanam oleh petani, baik secara mandiri atau kelompok untuk menyediakan bahan baku. Bahan baku yang berasal dari petani dikontrol oleh Nares yang selanjutnya diproduksi menjadi minyak atsiri yang berkualitas," kata pendiri Nares, Khafidz Nasrullah.
Nares memastikan keberlanjutan bisnis dengan menjual minyak atsiri ke pasar nasional maupun internasional. Keahlian dan fokus Nares dalam memahami pasar membuat Nares dapat bermitra dengan masyarakat untuk menciptakan produk berkualitas tinggi yang sesuai dengan permintaan pasar.
Manager Stakeholder Engagement MFP4, Hening Parlan, menyamaikan Nares dan MFP4 berencana memperluas manfaat kepada masyarakat dengan membangun operasi di Musi Rawas Sumatra Selatan melalui kolaborasi dengan KPH Lakitan. Usaha yang dikembangkan dari KPH Lakitan adalah bungai kantil dan bunga kenanga. Di kawasan tersebut berlimpah dengan kedua bunga tersebut dan pasar nasional maupun pasar internasional sangat tertarik dengan produk tersebut.
“Kita berharap kegiatan ini dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi masyarakat serta menguatkan perlindungan terhadap hutan" ujarnya.
Selain Nares, MAP (Market Access Player) lain yang telah berjalan yaitu IBI, Timurasa, Javara dengan Sekolah Seniman Pangan, Indobamboo, dan SOBI, dengan masing-masing dengan produk unggulannya.