REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL -- Dampak pandemi Covid-19 membuat Liverpool diprediksi mengalami kerugian mencapai 120 juta poundsterling atau menyentuh angka Rp 2,4 triliun selama satu tahun terakhir.
Dalam laporan finansial hingga 31 Mei 2020 lalu yang diumumkan sekarang, Liverpool sudah mengalami masalah berat pada urusan keuangan meski pandemi Covid-19 baru berjalan kurang lebih dua bulan.
Dalam laporan Liverpool Echo, Selasa (27/4), saat itu Liverpool kehilangan 59 juta poundsterling dari dengan hanya mendapatkan 202 juta poundsterling dari hak siar. Pemasukan dari tiket pertandingan juga merosot. Liverpool kehilangan 13 juta poundsterling, dengan hanya meraup 71 juta poundsterling,
Pemasukan Liverpool secara keseluruhan pada tanggal laporan itu juga turun signifikan menjadi 490 juta poundsterling, atau kehilangan 43 juta poundsterling. Total kerugian Liverpool sebelum pajak diperkirakan sebesar 46 juta poundsterling (Rp 927 miliar).
Mengacu pada laporan ini, satu tahun lebih pandemi berlangsung, Liverpool diprediksi akan merugi 120 juta poundsterling hingga Mei 2021. Namun, angka-angka ini baru akan diketahui tahun depan saat laporan keuangan hingga 31 Mei 2021 kembali diumumkan.
"Perhitungan finansial ini merefleksikan dampak langsung pandemi karena pertandingan sepak bola sempat ditunda pada Maret 2020 lalu, kemudian berjalan kembali tanpa kehadiran penonton," demikian bunyi pernyataan resmi klub, dikutip Liverpool Echo, Selasa (27/4).
Manajemen klub menyatakan kerugian akibat pandemi Covid-19 merupakan peristiwa yang di luar perkiraan sebelumnya, sehingga tidak banyak yang bisa dilakukan untuk melakukan penyelamatan.
Untuk mencegah risiko yang lebih parah, para direktur klub dikabarkan bakal mencegah opsi peminjaman dana kepada pihak luar. Namun jika Liga Primer Inggris sewaktu-waktu ditunda untuk yang kedua kalinya, bukan tak mungkin petinggi klub meminjam uang untuk menyelamatkan klub.