REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII), Rizki Dian Nursita mengatakan, cendekiawan Islam banyak berkontribusi ke perkembangan politik dan hubungan internasional. Bahkan, pada era klasik maupun pertengahan.
Sayangnya, sebagian besar kajian hubungan internasional kini membahas bagaimana Islam mempengaruhi perilaku dari sebuah negara. Sehingga, kajian Islam tentang bagaimana negara atau masyarakat seharusnya berperilaku jadi kurang diterima.
Sebagai Muslim, Alquran dan Sunnah jadi sumber ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menangkap fenomena sekitar. Sedangkan, dalam keilmuan barat, pendekatan positivistik mengabaikan sumber-sumber yang dianggap tidak ilmiah mendominasi.
"Oleh karena itu, terjadi gesekan di dalam memahami dua wahyu ini dengan apa yang diyakini oleh barat," kata Rizki dalam bincang-bincang bertajuk Islam sebagai Pendekatan Alternatif dalam Studi HI yang digelar UII, Rabu (28/4).
Jika berbicara politik dan hubungan internasional, ada alasan persepsi buruk tentang Islam menjadi mudah ditemukan. Yaitu, karena banyaknya ahli pikir non-Muslim yang mengangkat bahasan tentang jihad yang akhirnya dikaitkan terorisme.