REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Guru Besar Fakultas Tarbiyah UIN Imam Bonjol Padang Prof Masnal Zajuli meninggal dunia pada Rabu (5/5). Almarhum diketahui sebagai satu-satunya guru besar bahasa Arab dari Sumatra Barat.
"Rektor dan Civitas Akademika Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang turut berduka cita atas berpulangnya Prof Masnal Zajuli. Semoga Amal ibadah diterima Allah SWT dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah,” begitu pengumuman resmi dari UIN Imam Bonjol Padang.
Masnal meninggal dunia di Rumah Sakit Tentara (RST) Reksodiwiryo, Ganting, Padang kemarin, tepatnya pukul 12.17 WIB. Ia dimakamkan hari ini, Kamis (6/5) di kampung halamannya di Sawah Tangah, Kecamatan Pariangan, Tanah Datar. Ia meninggal dunia di usia 70 tahun.
Masnal menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN Imam Bonjol Padang pada 1978. Ia melanjutkan ke Universite Mohammed V di Maroko dan mendapatkan gelar Doktor di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada 2006. Wakil Rektor III UIN Imam Bonjol Padang Ikhwan Matondang mengatakan kepergian Profesor Masnal jadi kabar duka yang sangat mendalam.
Selama ini UIN IB dan juga dunia pendidikan Islam merasakan kontribusi besar Masnal. "Beliau satu-satunya Guru Besar Bahasa Arab di Sumatera Barat,” ucap Ikhwan.
Wartawan senior Sumatra Barat Khairul Jasmi yang selama ini bersahabat dekat dengan Prof Masnal turut menyampaikan duka karena berpulangnya almarhum ke Rahmatullah. Pria yang akrab disapa KJ ini menilai Masnal merupakan sosok yang kemampuan bahasa Arabnya dapat menyentuh hati siapa pun yang mendengarnya.
Pada 2018, KJ bersama Masnal menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Pada suatu momen usai ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi, jamaah haji asal Indonesia dan dari negara lain tertegun dengan ucapan doa dan kalimat pamit kepada Nabi SAW.
"Waktu itu, sesampai di depan makam Nabi dan sahabat, Prof Masnal memimpin ucapan pamit. Pilihan kata-katanya menusuk kantong air mata.
Lalu kaum wanita tak mampu menahan tangisnya. Air mata berderai. Sejumlah pria sekuatnya berusaha tak terisak, namun matanya sabak.
"Saat kami berdoa, jemaah dari bangsa-bangsa lain tertegun dibuatnya. Mereka saja tertegun, apalagi kami," ucap Khairul.