REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Petisi dalam jaringan yang menyerukan agar Olimpiade Tokyo dibatalkan telah mendapat hampir 200.000 tanda tangan dalam beberapa hari terakhir, karena kekhawatiran publik meningkat atas penyelenggaraan Olimpiade di tengah pandemi.
Dengan kurang dari tiga bulan lagi sebelum dimulainya Olimpiade musim panas, yang sudah ditunda setahun karena virus corona, pertanyaan masih tersisa mengenai bagaimana Tokyo bisa menggelar event dunia tersebut dan menjaga para sukarelawan, atlet, ofisial dan warga Jepang aman dari Covid-19. Dikutip dari Reuters, Jumat (7/5), dalam dua hari sejak diluncurkan, kampanye secara daring yang bernama "Stop Olimpiade Tokyo" melalui laman www.change.org, telah memperoleh lebih dari 187.000 tanda tangan, hampir mencapai target 200.000. Hal itu menggarisbawahi keprihatinan publik atas penyelenggaraan event olahraga besar-besaran di ibu kota Jepang.
Memerangi gelombang keempat pandemi dan berjuang dengan kampanye vaksinasi yang lamban, pemerintah Jepang sedang berusaha memperpanjang status darurat di Tokyo dan tiga area lainnya hingga akhir Mei, kata menteri ekonomi, Jumat. Jajak pendapat di Jepang telah menunjukkan mayoritas publik menolak Olimpiade, yang rencananya dibuka pada 23 Juli.
"Kami sangat menyerukan pencegahan penyebaran virus corona dan perlindungan kehidupan dan mata pencaharian dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia untuk menghentikan Olimpiade," kata Kenji Utsunomiya, penyelenggara petisi daring tersebut, menulis dalam lamannya.
Utsunomiya adalah seorang pengacara yang telah beberapa kali mencalonkan diri sebagai Gubernur Tokyo. Namun, penyelenggara telah berulang kali mengatakan Olimpiade akan dilanjutkan, dan mengungkapkan protokol Covid-19 yang terperinci bagi atlet dan ofisial. Pfizer Inc dan mitranya dari Jerman BioNTech SE mengatakan pada Kamis (6/5) bahwa mereka telah menyetujui untuk mendonasikan vaksin mereka untuk membantu memvaksinasi mereka yang berpartisipasi dalam Olimpiade.