REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) meminta semua pihak meredam ketegangan di tengah memanasnya situasi di Yerusalem. Bentrokan antara warga sipil dan aparat keamanan di kota suci tersebut turut memantik eskalasi di Jalur Gaza.
"Kami sangat prihatin dengan situasi di Israel, Tepi Barat dan Jalur Gaza, termasuk konfrontasi dengan kekerasan di Yerusalem, khususnya di Haram al-Sharif (kompleks Masjid Al-Aqsa) yang telah mengakibatkan sedikitnya 180 cedera tambahan, serta tembakan roket dari Gaza yang menghantam rumah-rumah di Yerusalem, dan ancaman serangan roket lebih lanjut,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada Senin (10/5).
Dia menekankan perlunya mendinginkan situasi. “Sangat penting bagi semua pihak memastikan ketenangan dan meredakan ketegangan serta menghindari konfrontasi dengan kekerasan,” ujarnya menambahkan.
Bentrokan antara warga Palestina dan aparat keamanan Israel di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa kembali berlanjut pada Senin. Setidaknya 305 orang dilaporkan terluka akibat kekerasan yang dilakukan personel keamanan Israel. Mereka menembakkan peluru karet dan granat kejut untuk memecah serta membubarkan massa.
Memanasnya situasi di Yerusalem Timur terjadi di tengah rencana penggusuran puluhan warga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah. Aksi protes digelar untuk menentang rencana tersebut, sekaligus bentuk solidaritas kepada mereka yang terancam digusur.
Pecahnya kerusuhan mendorong Israel menunda persidangan tentang rencana penggusuran keluarga Palestina yang tinggal di Sheikh Jarrah. Mahkamah Agung Israel sebenarnya dijadwalkan mendengarkan banding terhadap rencana tersebut pada Senin.
Pengadilan yang lebih rendah telah memutuskan mendukung klaim pemukim Yahudi Israel atas tanah di Sheikh Jarrah. Warga Palestina memandang keputusan tersebut sebagai upaya Israel mengusir mereka dari Yerusalem yang dipersengketakan.
Namun pada menit-menit akhir, para pemohon meminta pengadilan mendengar pendapat hukum dari Jaksa Agung Avichai Mandelbit. Hal itu membuka jalan untuk menunda sidang yang seharusnya dilangsungkan Mahkamah Agung Israel pada Senin. Selain itu, proses dengar pendapat kemungkinan dapat membantah dan menggagalkan penggusuran warga Palestina dari Sheikh Jarrah.