REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan, generasi Muslim terbaik adalah para sahabat beliau, kemudian disusul berturut-turut oleh dua generasi sesudahnya. Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab al-Ishabah fi Tamyizis Shahabah mendefinisikan sahabat Nabi SAW sebagai “orang-orang yang berjumpa dengan Nabi SAW dalam keadaan beragama Islam, dan meninggal pula dalam keadaan Muslim.”
Berdasarkan definisi tersebut, orang-orang Muslim yang hidup sezaman dengan Rasulullah SAW, tetapi tidak sempat bertemu langsung dengan beliau tidak termasuk golongan sahabat. Akan tetapi, hal itu tidaklah mengurangi kualitas ketakwaan mereka. Sosok Uwais al-Qarni merupakan salah satu contoh kelompok yang demikian.
Walaupun tidak pernah berjumpa, Rasulullah SAW mengetahui latar belakang Uwais al-Qarni. Dalam beberapa kesempatan, beliau pun memuji kesalehan pemuda asal Yaman itu di hadapan para sahabat. Bahkan, beliau pernah menyarankan agar Umar bin Khattab meminta didoakan oleh Uwais bilamana sahabat bergelar al-Faruq itu menjumpainya.
Warga Yaman itu merupakan seorang yang fakir lagi yatim. Sejak kecil, dirinya hidup bersama ibundanya yang mengalami kelumpuhan dan buta. Pekerjaannya sehari-hari ialah menggembalakan domba-domba milik tetangganya.
Hasil usahanya hanya cukup untuk makan ibunya sehari-hari. Bila kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin. Uwais al-Qarni dikenal seorang yang taat beribadah dan sangat patuh pada ibunya. Ia pun sering kali berpuasa.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya sering bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah SAW. Namun, ketika mendengar kabar bahwa gigi beliau patah karena dilempari batu oleh kaum Thaif yang enggan menerima dakwah Islam, segera Uwais ikut mematahkan giginya sendiri dengan batu.
Ia rindu ingin mendengar suara Nabi SAW. Kerinduannya karena iman kepada Allah dan Muhammad sebagai rasulnya.
Ia tak dapat membendung lagi keinginannya itu. Pada suatu hari Uwais datang mendekati ibunya mengeluarkan isi hatinya dan mohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah.
Setelah ia menemukan rumah Rasulullah, hanya bertemu istri Aisyah r.a. Sementara, di waktu yang sama ia ingat pesan ibunya agar cepat pulang ke Yaman. Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya itu mengalahkan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah pun pulang dari medan pertempuran. Sesampainya di rumah beliau menanyakan kepada Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Aisyah ra menjelaskan bahwa memang benar ada yang mencarinya, tetapi karena tidak menunggu, ia segera kembali ke Yaman karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa orang itu penghuni langit. Nabi menceritakan kepada para sahabatnya, "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya."
Nabi pun menyarankan para sahabatnya ketika bertemu dengan Uwais Al-Qarni, "Apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan bumi."