REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengintensifkan diplomasi untuk mengakhiri serangan Israel terhadap Gaza yang telah menewaskan sedikitnya 124 warga Palestina, termasuk 31 anak-anak dan 20 wanita.
Saat Turki melanjutkan upayanya untuk menggalang dukungan dari semua lembaga, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mendukung Palestina, Presiden Erdogan berbicara melalui telepon dengan para pemimpin hampir 20 negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Qatar, Arab Saudi, Palestina, Rusia, Pakistan, Kuwait dan Aljazair.
Erdogan mendesak para pemimpin untuk mengambil sikap bersatu melawan serangan Israel dan serangan terhadap warga Palestina di Gaza, Masjid al-Aqsa dan Yerusalem. Dia pertama kali menghubungi Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan pemimpin Hamas Ismael Haniyeh.
Dalam diplomasi yang dilakukan sejak 8 Mei, Erdogan telah membahas masalah agresi Israel terhadap Palestina dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Raja Yordania Abdullah II.
Dia juga berbicara dengan Emir Kuwait Sheikh Nawaf Al-Ahmed Al-Jaber Al-Sabah, Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah, Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoev, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.
Presiden Turki melanjutkan lalu lintas diplomasinya dengan Presiden Republik Turki Siprus Utara Ersin Tatar, Presiden Kyrgyzstan Sadyr Japarov, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi, Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, Perdana Menteri Libya Abdul Hamid Dbeibeh, Sultan Oman Haitham bin Thariq dan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad.
Menggambarkan serangan Israel sebagai "terorisme”, Erdogan mengutuk kekejaman negara penjajah itu terhadap Muslim di Palestina. Erdogan menegaskan kembali dukungan Turki untuk perjuangan Palestina dan kesucian kota Yerusalem.
Dia menekankan Dewan Keamanan PBB perlu campur tangan sebelum krisis meningkat lebih lanjut dan upaya untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian internasional di wilayah tersebut. Selain itu, Direktorat Urusan Agama Turki menggelar pertemuan darurat soal Yerusalem atas arahan Erdogan.
Serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza menewaskan 124 warga Palestina sejauh ini, termasuk 31 anak-anak dan setidaknya 20 wanita, menurut pejabat kesehatan Palestina. Lebih dari 900 lainnya terluka, selain kerusakan berat pada bangunan permukiman di seluruh daerah Gaza. Selain itu, Israel menahan ratusan warga Palestina dalam beberapa hari terakhir.
Ketegangan memuncak di daerah Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki selama sebulan terakhir ketika pemukim Israel menyerbu mengikuti perintah pengadilan untuk penggusuran keluarga Palestina di daerah itu.
Baru-baru ini, ketegangan semakin meningkat, bergerak dari Yerusalem Timur ke Gaza setelah kelompok perlawanan Palestina di sana bersumpah untuk membalas serangan Israel di Masjid al-Aqsa dan Sheikh Jarrah jika mereka tidak dihentikan.
Israel menduduki Yerusalem Timur selama perang Arab-Israel tahun 1967 dan mencaplok seluruh kota pada tahun 1980 - sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.