REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Dalam sebuah kunjungan ke Eropa beberapa tahun silam kala Ahmadinejad menjabat sebagai presiden Iran, dia sangat terkesan dengan kemajuan Eropa. Alamnya yang indah tertata yang disebutnya memang tepat sebagai kunjungan wisata.
Namun, entah mengapa tiba-tiba pembicaraan dia berbelok pada soal Palestina dan Yahudi di Israel. Kala itu dia berkata: "Alangkah tidak adilnya keindahan Eropa ini ternyata yang orang lain yang menelan getahnya. Orang kulit putih Eropalah yang membantai Yahudi, tapi imbas dari rasa penyesalan Eropa itu kemudian menimpakan sisi buruknya ke Palestina."
Semua tahu apa yang dikatakan Eropa itu benar. Pembentukan Israel tak lepas dari imbas tentang siapa yang menjadi pemenang Perang Dunia II. Kala itu negara baru bermunculan. Inggris dengan Perdana Menteri Winston Churchill-lah adalah pihak yang paling getol mendukung pembentukan Israel.
Para pemenang perang dunia II itu bahkan sempat memilihkan lokasi bagi negara baru Zionis Yahudi dengan akan menempatkannya di Amerika Latin atau di sebuah wilayah di tengah Benua Afrika (Uganda).
Dan, lagi-lagi di sini Palestina dibohongi Inggris di mana pada 1915 dia diberi janji mendapatkan kemerdekaannya. Namun, ini kemudian diingkari Inggris yang kemudian pada 1917 membangun komitmen baru dengan kaum Zionis untuk membentuk negara Yahudi Israel.
Dalam hal ini memang tercium sentimen Inggris kepada kaum Yahudi yang muncul sejak era Perang Salib pertama. Semenjak itu, setiap kepergian tentara Salib dari Inggris ke Yerusalem, pasukan Inggris pasti selalu membantai kaum Yahudi yang tinggal atau berada di sepanjang jalan ketika hendak ke Yerusalem. Dan, di sinilah muncul istilah Anti-Semit yang kemudian pada zaman modern diteruskan oleh orang Eropa lainnya, yakni sang Fruher Jerman, Adolf Hitler.
Keterangan foto: Wanita Yahudi dipersekusi di jalan-jalan Eropa pada waktu perang dunia II.