REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pangeran Harry dalam serial barunya "The Me You Can't See" yang diproduksi bersama Oprah Winfrey, berbagi detail perjuangannya melawan kesehatan mentalnya. Dia mengungkapkan perjuangan itu dipicu dari London, tempat ibunya, Putri Diana tinggal.
Di masa lalu, dia bergantung pada obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi mentalnya. Dia juga menceritakan bahwa istrinya, Meghan Markle, yang telah mendorongnya untuk memulai terapi.
Dilansir dari usatoday, Sabtu (22/5), Duke of Sussex dan Winfrey berperan sebagai produser eksekutif dari serial dengan lima bagian di AppleTV+, dan melakukan percakapan tentang pengalaman mereka sendiri di sepanjang episode.
Serial ini juga menampilkan potongan gaya majalah berita yang menampilkan selebriti seperti Lady Gaga, Glenn Close dan putra mendiang Robin Williams, serta advokat kesehatan mental Zak Williams.
Dalam episode kedua serial itu, Harry mengatakan bahwa dia tahu jika dia tidak pergi ke terapis, dia akan kehilangan Meghan, yang ia nikahi pada 2018. "Ketika dia berkata, 'Saya rasa kamu perlu bertemu seseorang', itu sebagai reaksi terhadap pertengkaran yang kami," kenang Harry.
"Dan dalam argumen itu, tanpa ia ketahui, saya merasa seperti kembali ke masa dimana seorang Harry berusia 12 tahun," ungkap dia yang membayangkan saat di usia itu ibunya, Putri Diana, meninggal akibat kecelakaan mobil tahun 1997 di Paris.
Dalam pemutaran perdana acara itu, Harry mengatakan, dia sangat marah dengan kematian ibunya dan fakta bahwa tidak ada keadilan sama sekali. "Orang yang sama yang mengejarnya ke dalam terowongan, memotretnya sekarat di kursi belakang mobil itu," katanya.
Pangeran berusia 36 tahun itu mengatasinya dengan tidak memikirkan atau berbicara tentang ibunya, karena dia tidak bisa mengubah masa lalu. Tapi seiring bertambahnya usia, dia harus berada dimana-mana dengan mentalnya.
Harry bercerita pernah mengalami serangan panik dan kecemasan yang parah. Dia menggambarkan tahun-tahun pada usia 28-32 tahun sebagai waktu mimpi buruk dalam hidupnya. Saat itu lah dia mengandalkan alkohol dan obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit.
"Saya rela minum, saya rela memakai narkoba, saya rela mencoba dan melakukan hal-hal yang membuat saya merasa tidak mengingat masalah saya," katanya.
Perlahan-lahan, Harry mulai mencari pesta minuman keras untuk akhir pekannya. "Saya mendapati diri saya minum bukan karena saya menikmatinya, tetapi karena saya mencoba menutupi sesuatu," kata dia lagi.
Dalam dokumentasi tersebut, Harry menunjukkan pengalamannya menggunakan terapi EMDR, untuk mengatasi ketidaknyamanan yang dia rasakan saat terbang ke London, yang menurutnya telah mengingatkannya pada saat ia kehilangan ibunya.
Harry mengatakan, mengatasi trauma itu penting baik untuk kesejahteraannya sendiri dan kesehatan hubungannya dengan istrinya, Duchess of Sussex.
"Salah satu pelajaran terbesar yang pernah saya pelajari dalam hidup adalah, terkadang kita harus kembali dan menghadapi situasi yang sangat tidak nyaman, lalu bisa memprosesnya agar sembuh," katanya.