Sabtu 22 May 2021 18:56 WIB

Aung San Suu Kyi Dikabarkan akan Muncul ke Publik

Aung San Suu Kyi belum pernah kelihatan sejak digulingkan junta militer.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Indira Rezkisari
Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyii.
Foto: Anadolu Agency
Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyii.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemimpin junta Myanmar, Min Aung Hlaing, mengatakan, pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi dalam keadaan sehat di rumah. Dia juga mengumumkan bahwa Suu Kyi akan muncul di pengadilan dalam beberapa hari mendatang dalam wawancara pertamanya sejak penggulingannya 1 Februari.

"Daw Aung San Suu Kyi dalam keadaan sehat. Dia ada di rumahnya dan sehat. Dia akan diadili di pengadilan dalam beberapa hari," kata Min Aung Hlaing melalui tautan video dengan penyiar berbahasa Mandarin yang berbasis di Hong Kong Phoenix Television pada 20 Mei, dalam kutipan yang dirilis pada Sabtu (22/5).

Baca Juga

Pewawancara bertanya kepadanya apa pendapatnya tentang kinerja Suu Kyi (75 tahun) yang secara luas dikagumi di negara berpenduduk 53 juta itu karena kampanyenya yang telah membawa reformasi demokrasi tentatif yang terpotong oleh kudeta. "Dia mencoba semua yang dia bisa," jawab Min Aung Hlaing.

Dia menegaskan kembali bahwa tentara telah merebut kekuasaan karena telah mengidentifikasi kecurangan dalam pemilihan yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi pada November. Junta bersikaras meskipun tuduhannya ditolak oleh komisi pemilihan saat itu.

Dia mengatakan, tentara akan mengadakan pemilihan. Sementara potensi perubahan pada konstitusi telah diidentifikasi dan akan dilakukan jika itu adalah keinginan rakyat.

Sidang Suu Kyi berikutnya dijadwalkan pada Senin (24/5) mendatang di ibu kota Naypyidaw. Sejauh ini dia hanya muncul melalui tautan video dan belum diizinkan untuk berbicara langsung dengan pengacaranya.

Junta mengutip alasan keamanan untuk tidak mengizinkannya berbicara dengan pengacaranya secara pribadi pada saat otoritas militer belum menetapkan kendali atas negara itu dalam menghadapi protes harian, pemogokan, dan pemberontakan baru. Kudeta memang menjerumuskan negara Asia Tenggara itu ke dalam kekacauan.

Salah satu dari beberapa kelompok etnis bersenjata yang menentang junta bergerak maju untuk menyerang sebuah pos militer di kota pertambangan giok barat laut pada hari Sabtu. Suu Kyi, penerima Hadiah Nobel Perdamaian atas perjuangan panjangnya melawan penguasa militer sebelumnya, termasuk di antara lebih dari 4.000 orang yang ditahan sejak kudeta. Dia menghadapi dakwaan yang berkisar dari memiliki radio walkie-talkie secara ilegal hingga melanggar undang-undang rahasia negara, dilansir dari Reuters, Sabtu (22/5).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement