REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Media pemerintah China melaporkan 21 orang pelari ultramarathon di Provinsi Gansu meninggal dunia karena cuaca ekstrem. Lomba lari 100 kilometer ini digelar di destinasi wisata di tingkungan Sungai Kuning.
Rute lomba membawa para pelari ke ngarai yang dalam di lanskap yang terjal. Ultramarathon ini dimulai pada Sabtu (22/5) pagi kemarin.
Berdasarkan foto yang tersebar di media sosial terlihat di bawah langit yang mendung para pelari memakai kaus dan celana pendek. Foto tersebut diambil dari Yellow River Stone Forest di daerah Jingtai, sebuah kabupaten di bawah yurisdiksi Kota Baiyin.
Pada Sabtu sore bukti-bukti di sepanjang rute lomba dilanda hujan es, dingin dan angin kencang. Di konferensi pers pejabat pemerintah dari Baiyin mengatakan suhu udara tiba-tiba turun drastis.
Ahad (23/5) kantor berita Xinhua melaporkan lomba ini diikuti 172 pelari. Sekitar 151 pelari sudah dikonfirmasi selamat termasuk mereka yang terluka. Pemerintah China menggelar operasi penyelamatan besar-besaran.
Xinhua menambahkan pemerintah mengerahkan 1.200 tim penyelamat, dibantu drone pelacak suhu tubuh, radar detektor dan peralatan untuk menghancurkan benda-benda berat. Pelari terakhir yang dinyatakan hilang ditemukan meninggal dunia pada pukul 09.30 waktu setempat.
Pejabat pemerintah dari Baiyin mengatakan longsor yang disebabkan cuaca buruk juga menghambat proses penyelamatan. Baiyin terletak sekitar 1.000 kilometer sebelah barat ibukota Beijing.