Rabu 26 May 2021 17:08 WIB

Biden dan Putin akan Bertemu di Jenewa

Joe Biden dan Vladimir Putin akan bertemu di Jenewa pada 16 Juni mendatang

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan pidato kenegaraan tahunannya di Manezh, Moskow, Rusia, Rabu, 21 April 2021.
Foto: AP/Mikhail Metzel/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan pidato kenegaraan tahunannya di Manezh, Moskow, Rusia, Rabu, 21 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan akan bertemu di Jenewa pada 16 Juni mendatang. Hal itu dikonfirmasi oleh Gedung Putih dan Kremlin pada Selasa (25/5) di tengah perselisihan tajam soal campur tangan pemilu, serangan siber, hak asasi manusia, hingga Ukraina.

"Para pemimpin akan membahas berbagai masalah mendesak, karena kami berusaha memulihkan prediktabilitas dan stabilitas hubungan AS-Rusia," ujar Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki dikutip laman Channel News Asia, Rabu (26/5).

Baca Juga

Kremlin dalam sebuah pernyataannya mengatakan kedua pemimpin akan membahas hubungan bilateral, masalah terkait stabilitas nuklir strategis, dan masalah lain termasuk kerja sama dalam perang melawan Covid-19 dan konflik regional. Biden sebelumnya mengatakan dia ingin Putin berhenti mencoba memengaruhi pemilihan AS, menghentikan serangan dunia maya di jaringan AS yang berasal dari Rusia, berhenti mengancam kedaulatan Ukraina, dan membebaskan kritikus Kremlin yang dipenjara Alexei Navalny.

Awal bulan ini, Reuters melaporkan kedua negara menurunkan ekpektasi untuk terobosan di KTT negara adidaya itu. Tidak ada yang berminat untuk membuat konsesi atas ketidaksepakatan kedua negara.

Gedung Putih menghindari penilaian publik bahwa Biden ingin memperbarui atau "riset" hubungan dengan Putin. Istilah ini sering digunakan oleh mantan presiden AS ketika mereka berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan Rusia.

Sebaliknya, para pejabat AS melihat pertemuan tatap muka sebagai kesempatan untuk menjauhkan hubungan dari apa yang mereka pandang sebagai tawaran menjilat mantan presiden Donald Trump kepada Putin. Sementara para pejabat Rusia mengatakan pertemuan kedua pemimpin sebagai kesempatan untuk mendengar dari Biden secara langsung.

Putin memandang tekanan AS atas Navalny dan dukungannya terhadap aktivis pro demokrasi di Rusia dan Belarusia sama saja dengan mencampuri urusan dalam negeri Rusia. Selain itu, Rusia juga tidak senang dengan sanksi AS. Termasuk yang diumumkan pada 15 April yang mencakup pembatasan pasar utang Rusia untuk menghukum Moskow karena ikut campur dalam pemilu AS 2020, peretasan dunia maya, penindasan terhadap Ukraina, dan dugaan tindakan jahat lainnya yang dibantah oleh Rusia.

Pemerintah AS memasukkan perusahaan Rusia ke dalam daftar hitam, mengusir diplomat Rusia, dan melarang bank-bank AS membeli obligasi pemerintah dari bank sentral Rusia, dana kekayaan nasional, dan Kementerian Keuangan. AS memperingatkan Rusia bahwa lebih banyak hukuman dimungkinkan tapi tidak ingin meningkatkan.

Kendati demikian, Rusia menyangkal ikut campur dalam pemilihan AS, mengatur peretasan dunia maya, dan menggunakan agen saraf untuk meracuni Navalny. Dalam pertemuan mendatang, Biden juga akan menyatakan keprihatinan tentang penumpukan pasukan Rusia di Krimea. Topik lain yang mungkin muncul dalam pertemuan kedua pemimpin adalah kemarahan Barat terhadap Belarusia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement