REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi memuntahkan guguran awan panas dengan estimasi jarak luncur sekitar 3.000 meter ke arah barat daya pada Ahad (30/5), siang. Guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 48 mili meter dan berdurasi 322 detik.
Jarak luncur guguran ini terbilang cukup jauh jika dibandingkan guguran awan panas maupun lava pijar sebelumnya. Sebab, selama ini guguran yang terjadi hanya memiliki jarak luncur sekitar 1.000 atau paling jauh 2.000 meter.
Petugas Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Ngepos, Alzwar Nurmanaji juga melaporkan, pengamatan pukul 12.00-18.00 WIB cuaca berawan dan mendung. Suhu 20-23 derajat selcius, kelembaban udara 70-77 persen, dan tekanan udara 756-944 milimeter merkuri.
"Asap kawah tidak teramati," kata Alzwar, Ahad (30/5).
BPPTKG masih merekomendasikan potensi bahaya berupa lava dan awan panas di selatan hingga barat daya meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih maksimal lima kilometer dan sektor tenggara di Sungai Gendol tiga kilometer.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila Gunung Merapi mengalami erupsi eksplosif dapat menjangkau radius tiga km dari puncak. Karenanya, masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
Masyarakat juga diminta mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Selain itu, penambangan di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan dihentikan.
"Pelaku wisata direkomendasi tidak melakukan kegiatan di daerah potensi bahaya dan bukaan kawah sejauh lima km dari puncak. Jika terjadi perubahan aktivitas signifikan, maka status aktivitas akan segera ditinjau kembali," ujar Alzwar.