Senin 31 May 2021 16:39 WIB

Komentar Minoritas Muslim, Menlu Turki Buat Yunani Marah

Komentar Minoritas Muslim, Menlu Turki Buat Yunani Marah

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Komentar Minoritas Muslim, Menlu Turki Buat Yunani Marah. Foto: Seorang wanita mengenakan topeng berhias bendera Turki untuk membantu mengekang penyebaran virus corona di dekat konsulat Prancis di Istanbul, Rabu, 28 Oktober 2020.
Foto: AP/Emrah Gurel
Komentar Minoritas Muslim, Menlu Turki Buat Yunani Marah. Foto: Seorang wanita mengenakan topeng berhias bendera Turki untuk membantu mengekang penyebaran virus corona di dekat konsulat Prancis di Istanbul, Rabu, 28 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID,ATHENA -- Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, membuat marah Yunani setelah dia menggambarkan minoritas Muslim di wilayah Yunani Thrace sebagai "Turki".

Cavusoglu membuat komentar itu setibanya di Alexandroupolis, dekat perbatasan Turki, saat dia memulai kunjungan dua hari. "Di Yunani untuk bertemu anggota minoritas Turki di Thrace bagian barat dan membahas hubungan bilateral kami," tulisnya di Twitter, dilansir dari laman National News pada Senin (31/5).

Baca Juga

Cavusoglu kemudian menggunakan frasa minoritas Turki lima kali dalam serangkaian tweet, yang memerinci pembicaraannya dengan perwakilan komunitas Muslim dan kunjungan ke sekolah.

"Ditekankan bahwa kami akan selalu berdiri teguh dengan minoritas Turki dalam perjuangan mereka untuk hak-hak mereka dan sekali lagi menggarisbawahi dukungan kuat kami," katanya setelah bertemu dengan anggota Dewan Penasihat Minoritas Turki Thrace Barat.

Adapun Ankara sering menuduh Yunani gagal merawat minoritas Muslim di Thrace. Banyak dari mereka merupakan keturunan Turki.

Komentar Cavusoglu memicu teguran keras dari Athena, yang mengatakan minoritas itu terdiri atas Muslim multietnis. "Minoritas Muslim di Thrace memiliki sekitar 120 ribu penduduk Yunani," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Yunani Alexandros Papaioannou.

"Upaya terus-menerus Turki untuk mendistorsi kenyataan ini, serta tuduhan tidak melindungi hak-hak warga negara ini, atau diskriminasi, tidak berdasar dan ditolak secara keseluruhan. Yunani ingin meningkatkan hubungan dengan Turki, tetapi dengan menghormati hukum internasional sebagai prasyarat," katanya menambahkan.

Di bawah Perjanjian Lausanne 1923, Muslim di Thrace diberi status dan perlindungan minoritas. Sementara, Cavusoglu dijadwalkan bertemu Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, dan Menteri Luar Negeri Nikos Dendias pada Senin.

Pemerintah Yunani mengatakan kunjungan Cavusoglu ke Thrace adalah urusan pribadi. "Kunjungan di Thrace adalah kunjungan pribadi. Yunani adalah negara terbuka dan demokratis yang tidak melarang kunjungan pribadi. Sejauh menyangkut minoritas (Thrace), Yunani menikmati status kesetaraan," kata juru bicara Aristotelia Peloni.

Saat konferensi pers pada April, Cavusolgu mengangkat masalah minoritas dengan Dendias. "Anda tidak mengizinkan minoritas Turki menyebut diri mereka sendiri Turki. Anda menyebut mereka Muslim," ujarnya.

"Jika mereka menyebut diri mereka orang Turki, mereka orang Turki, Anda harus mengenali ini," kata dia menambahkan.

Di samping itu, status Muslim di Thrace merupakan salah satu dari serangkaian bentrokan diplomatik antara Yunani dan Turki, meskipun ada petunjuk bahwa hubungan mungkin membaik. Mereka terlibat dalam sengketa terpisah atas hak maritim di Mediterania timur.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement