REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pebulutangkis asal Taiwan, Tai Tzu-ying, terus menajamkan rekornya di panggung bulutangkis dunia. Pebulutangkis putri berusia 26 tahun itu tercatat pemain terlama yang menempati peringkat satu dunia nomor tunggal putri versi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF). Tidak tanggung-tanggung, Tai menempati posisi teratas dalam rangking BWF itu total selama 157 pekan.
Berdasarkan rangking terbaru BWF, terhitung pada 30 Maret 2021, Tai menempati rangking satu dunia dengan koleksi 106.075 poin. Sementara peringkat kedua ditempati pebulutangkis asal Cina, Chen Yu-fei, yang mengantongi 96.465 poin. Sejak mengambil alih posisi nomor satu dunia pada 17 Maret 2020 silam. Tai tidak tergoyahkan di posisi tersebut.
Tidak hanya itu, Tai juga menjadi satu-satunya pebulutangkis yang masih aktif, yang mampu mengemas lebih dari seratus ribu poin dalam peringkat tunggal putri versi BWF. Sebelumnya, pada 2019 silam, Tai memecahkan rekor sebagai pemain terlama yang menempati peringkat satu dunia milik pebulutangkis asal Cina, Li Xu Rei, yang mengemas 124 pekan di posisi teratas peringkat dunia nomor tunggal putri.
Namun, deretan rekor ini bukan satu-satunya catatan sejarah yang pernah ditorehkan Tai di pentas bulutangkis dunia.Tai merupakan pemain yang memenangkan kejuaraan tunggal putri terbanyak di turnamen super bulu tangkis (super 500 keatas) dalam sejarah. Selain itu, pebulutangkis kelahiran Kota Kaohsiung, Taiwan Selatan, ini juga menjadi pebulutangkis putri Taiwan pertama yang bisa menjuarai sejumlah turnamen bergengsi, termasuk All England.
Terakhir, Tai berhasil mempersembahkan medali emas pertama buat Taiwan di pentas Asian Games, tepatnya saat menjadi yang terbaik di nomor tunggal putri Asian Games 2018 silam. Kendati begitu, Tai mengaku, masih menyimpan ambisi tersendiri. ''Tentu, sebagai seorang atlet, saya ingin meraih medali emas Olimpiade,'' kata Tai seperti dilansir laman resmi BWF, beberapa waktu lalu.
Tai pun memiliki peluang cukup besar untuk bisa memenuhi ambisinya tersebut. Pasalnya, salah satu persaing terberatnya di nomor tunggal putri, Carolina Marin, diragukan bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Peraih medali emas nomor tunggal putri Olimpiade 2016 itu diketahui mengalami cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL). Ratu bulu tangkis dunia asal Taiwan ini pun menjadi salah satu unggulan di nomor tunggal putri Olimpiade Tokyo 2020, selain Chen Yufei dan pebulutangkis asal Jepang, Nozomi Okuhara.
Di panggung bulutangkis dunia saat ini, terutama di nomor tunggal putri, Tai memang merupakan salah satu pebulutangkis papan atas. Gaya permainan Tai Tzu-ying yang paling mengesankan adalah berbagai gerakan tipuan di lapangan yang sering kali mengecoh lawan mainnya berlari ke arah yang salah, atau langsung terdiam di tempat tanpa mampu menyelamatkan bola.
Sebenarnya, awal ketika Tai Tzu-ying mulai mendapat latihan formal bulu tangkis, banyak pelatih yang mencoba membenahi gerakannya yang tidak formal ini, namun Tai Tzu-ying bersikeras dengan cara permainannya sendiri. Dia tidak sependapat bahwa setiap pemain harus mengikuti pola yang telah ditetapkan, yang membuatnya dijuluki "Ahlinya Tipuan" dan "Pesulap Lapangan".
Kendati begitu, karier turnamen Tai Tzu-ying tidak selalu berjalan mulus, dia juga pernah mengalami frustrasi dan menyalahkan diri sendiri karena mengalami kekalahan. Namun Tai Tzu-ying percaya bahwa setiap kekalahan akan menjadi bekal untuk kemenangan di masa depan. Dia mengasah kemampuannya dengan terus-menerus meninjau tayangan ulang permainan serta mengintrospeksi kesalahan.
Bagi Tai Tzu-ying, musuh terbesar bukanlah lawan main yang di sisi lain gawang, melainkan dirinya sendiri. Tidak peduli berapa banyak kegagalan dan frustasi, Tai Tzu-ying selalu memompa semangat dengan motto "percaya pada diri sendiri." Tahukah Anda? bahwa tato "ular" di lengan kiri Tai Tzu-ying adalah zodiak ayahnya, dan empat huruf mandarin "percaya pada diri sendiri" yang ditulis sendiri oleh ayahnya.
Tai mengaku mengenal bulutangkis dari sang ayah. Ayah Tai Tzu-ying suka bermain bulu tangkis di waktu senggang, oleh sebab itu lapangan bulu tangkis adalah taman hiburan bagi Tai Tzu-ying dan adiknya saat mereka masih kecil. Dibawah pengaruh terbiasa melihat sejak kecil, Tai Tzu-ying mulai bermain bulu tangkis sejak kelas tiga SD.
Ia memenangkan juara grup kedua dari Turnamen Bulutangkis Nasional Taiwan saat kelas enam SD. Tai Tzu-ying mulai mengikuti kompetisi internasional pada usia 15 tahun. Ikut Olimpiade untuk pertama kalinya di usia 18 tahun dan memenangkan juara Turnamen Super pertama kali dalam karirnya. Dia disebut sebagai "gadis jenius" berkat hasil gemilangnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tai Tzu-ying terus menerus menempa semangat juang ketika bertanding dan menorehkan banyak prestasi luar biasa. Pada 2018, ia mewakili Taiwan di Asian Games yang diadakan di Indonesia dan memenangkan medali emas bulu tangkis pertama dalam sejarah Asian Games Taiwan di final tunggal putri. Pada 2019, ia menyamai rekor 20 juara Turnamen Super yang diraih oleh pemain putri Cina Wang Yihan. Memenangkan kejuaraan tunggal putri di All England Badminton Open 2020 yang ketiga kalinya.
Selain mencetak rekor terbanyak (21 juara) Turnamen Super untuk tunggal putri, di minggu berikutnya dalam pengumpulan poin mengungguli pemain China Chen Yufei, lima kali berada di posisi teratas bulu tangkis dunia, dan sampai saat ini merajai tunggal putri BWF dengan perolehan poin tertinggi. Torehan ini membuat Tai Tzu Ying julukan "ratu bulu tangkis" memperpanjang rekornya dalam jumlah pekan terbanyak nomor satu untuk pemain tunggal putri, membuat "rintangan si kecil Tai" semakin sulit untuk dikalahkan.
Pencapaian gemilang yang diraih Tai Tzu-ying tidak membuatnya menjadi sombong, ia tetap disiplin, tidak bergadang, mengikuti jadwal latihan dengan teratur, menjaga kebugaran fisik dan kesehatan, serta berusaha untuk menjaga dirinya dalam kondisi terbaik. Pebulutangkis terkenal Indonesia Jonatan Christie pernah memuji kemampuan olah raga Tai Tzu-ying , alasannya karena tubuh si kecil Tai yang padat kuat dan perut six-pack Tai Tzu-ying membuatnya terkesan.
Tai Tzu-ying telah datang berkali-kali ke Indonesia untuk bertanding. Ia sangat terkesan dengan sorakan meriah dari para penggemar Indonesia. Semoga pandemi bisa segera mereda sehingga turnamen bulu tangkis internasional bisa berjalan dengan lancar. Lain kali saat Tai Tzu-ying datang kembali ke Indonesia untuk bertanding, teman-teman Indonesia ingat untuk memberikan lambaian tangan dan bersorak padanya, yakinlah si kecil Tai juga akan membalas dengan senyuman lebar.