Selasa 01 Jun 2021 10:10 WIB

3 Macam Kenikmatan Menurut Ibnu Al Qayyim Al Jauzi

Allah SWT memberikan kenikmatan yang bersifat tidak kekal di dunia

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Allah SWT memberikan kenikmatan yang bersifat tidak kekal di dunia. Ilustrasi syukur nikmat
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Allah SWT memberikan kenikmatan yang bersifat tidak kekal di dunia. Ilustrasi syukur nikmat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kenikamatan yang dirasakan manusia dibagi menjadi tiga macam menurut Ibnul Qayyim Al Jauzi.

Ibnul Qayyim Al Jauzi dalam kitab Raudhah Al-Muhibbin menyebutkan tiga hal tersebut. Pertama, kenikmatan jasmani yang meliputi makan, minum, dan berhubungan intim suami-istri. 

Baca Juga

Kenikmatan jenis ini sama dengan kenikmatan yang dirasakan hewan, namun demikian kenikmatan ini bukanlah segala-galanya, bukan pula kenikmatan yang sempurna.

Sebab seandainya kenikmatan ini sempurna tentu yang paling mulia, utama, dan sempurna adalah orang yang paling banyak makan, minum, dan melakukan hubungan intim. Kesempurnaan nikmat hanya didapat apabila kenikmatan jasmani ini menopang kenikmatan abadi yang paling agung.

Kedua, kenikmatan khayali meliputi kekuasaan, kemampanan, kebanggaan, dan kebesaran. Sekalipun pencari kenikmatan ini tampak lebih mulia daripada kelompok pertama, namun penderitaan dan kerusakan ayang akan dialaminya jauh lebih besar. Sebab pelakunya bertead menghadapi siapapun yang mengunggulinya.

Oleh karenanya si pelaku harus memenuhi lebih banyak syarat dan tuntutan untuk mendapatkan kenikamatan ini. Dia harus merelakan kehilangan banyak kenikmatan jasmani sehingga dia merasakan penderitaan yang lebih besar karena kehilangan sebagian nikmat jasmani yang dirasakannya selama ini. Jadi, kenikamatan itu bukanlah kenikmatan sejati meskipun jiwa menyenanginya.

Ketiga, kenikmatan intelektual dan rohani. Yakni yang meliputi pengetahuan dan sifat-sifat kesempurnaan. Termasuk dalam jenis kenikmatan ini adalah kemurahan hati, kedermawanan, kehormatan diri, keberanian, kesabaran, lemah lembut, dan kepribadian baik lainnya.

Jika kenikmatan ini dipadukan dengan nikmat makrifat kepada Allah serta kecintaan, kepatuhan, dan penyembahan kepada-Nya, maka seseorang niscaya akan merasa bahagia di surga dunia. Kebahagiaan dan suka citanya tidak akan bisa ditandingi seluruh kenikmatan dunia lainnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement