REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris sedang berbicara dengan Oxford dan AstraZeneca untuk mengembangkan dosis tambahan vaksin Covid-19 yang telah dimodifikasi agar lebih mencapai sasaran pada varian virus corona beta,yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan, dan akan mendanai uji coba suntikan itu.
Inggris sebelumnya telah mengamankan 100 juta dosis vaksin, yang dikembangkan di Universitas Oxford dan dilisensikan ke AstraZeneca. Kementerian kesehatan mengatakan dosis tambahan yang sedang dibahas akan disesuaikan untuk dapat melawan varian B.1.351.
Afrika Selatan menunda penggunaan suntikan AstraZeneca pada Februari setelah data menunjukkan bahwa suntikan itu hanya memberi perlindungan minimal terhadap infeksi ringan hingga sedang yang disebabkan oleh varian dominan di negara itu.
Varian dominan tersebut sekarang dikenal sebagai "beta" di bawah sistem pelabelan baru Organisasi Kesehatan Dunia. Oxford menganggap varian itu sebagai prioritas utama bagi pengembang vaksin, dan AstraZeneca telah menargetkan pengembangan vaksin baru terhadap beberapa varian pada musim gugur.
Inggris telah berkomitmen untuk mendanai uji coba untuk vaksin baru yang diadaptasi itu, yang dapat dilacak dengan cepat melalui proses regulasi mengikuti panduan baru pada Maret. Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menjadi tuan rumah pertemuan puncak mitra Kelompok Tujuh (G7) di Oxford akhir pekan ini, dan dia akan memanfaatkan pidato pada Rabu untuk menyoroti peran Inggris dalam proyek Oxford-AstraZeneca.
Hancock juga akan menyoroti bahwa Inggris diperkirakan akan mencapai tonggak sejarah pemberian dosis pertama vaksin Covid-19 pada tiga perempat orang dewasa pada Rabu, kata kementerian kesehatan itu.