Rabu 02 Jun 2021 17:23 WIB

Parlemen Israel akan Memilih Presiden Baru

Jabatan presiden Israel sebagian besar dimaksudkan untuk menjadi kompas moral bangsa

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Warga Israel memberikan suaranya dalam pemilu di Tel Aviv, Israel, Selasa (9/4).
Foto: AP Photo/Sebastian Scheiner
Warga Israel memberikan suaranya dalam pemilu di Tel Aviv, Israel, Selasa (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Parlemen Israel akan memilih presiden pada Rabu (2/6) waktu setempat. Jabatan presiden sebagian besar dimaksudkan untuk menjadi kompas moral bangsa dan bisa mempromosikan persatuan.

Pemilihan akan dilakukan di Knesset, Parlemen Israel. Sekurangnya 120 anggota parlemen akan memberikan suara mereka secara anonim.

Baca Juga

Dua kandidat yang mencalonkan diri yakni Isaac Herzog seorang politikus veteran dan keturunan keluarga Israel terkemuka. Kandidat kedua yakni Miriam Peretz, seorang pendidik yang dipandang sebagai orang luar yang rendah hati.

Herzog (60 tahun) adalah mantan ketua Partai Buruh Israel dan pemimpin oposisi yang gagal melawan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pemilihan parlemen 2013. Dia adalah keturunan dari keluarga Zionis terkemuka.

Ayahnya, Chaim Herzog, adalah duta besar Israel untuk PBB sebelum terpilih sebagai presiden. Pamannya, Abba Eban, adalah menteri luar negeri dan duta besar pertama Israel untuk PBB dan Amerika Serikat. Kakeknya adalah kepala rabi pertama di negara itu.

Herzog telah menjabat sebagai kepala Badan Yahudi, sebuah organisasi nirlaba yang bekerja sama dengan pemerintah untuk mempromosikan imigrasi ke Israel, selama tiga tahun terakhir sejak mengundurkan diri dari parlemen. Mengingat ikatannya yang dalam dengan kemapanan politik, ia secara luas dipandang sebagai favorit untuk menang.

Sedangkan Peretz (67 tahun) dipandang sebagai kandidat nasionalis yang lebih konservatif. Dia bermigrasi dari Maroko sebagai seorang gadis dan telah bekerja sebagai guru, pendidik dan dosen Yudaisme, Zionisme dan memiliki kerendahan hati tinggi. Dua putranya meninggal saat bertugas di militer Israel. Pada 2018 dia dianugerahi Penghargaan Israel, penghargaan tertinggi negara itu, untuk pencapaian seumur hidup.

Jika terpilih, Peretz akan menjadi wanita pertama yang memegang jabatan tersebut dan juga pemukim pertama. Dia dan keluarganya tinggal di salah satu permukiman Israel di Semenanjung Sinai sampai perjanjian damai dibuat dengan Mesir pada 1979 dan wilayah itu dikembalikan. Peretz kemudian pindah ke permukiman Tepi Barat Givat Zeev, tepat di utara Yerusalem, tempat dia tinggal sekarang.

Untuk menang, seorang kandidat harus menerima setidaknya 61 suara di Knesset yang memiliki 120 kursi. Jika tidak, putaran kedua pemungutan suara akan diadakan. Setelah terpilih, presiden ke-11 negara itu akan menjabat untuk masa jabatan tujuh tahun mulai 9 Juli.

Pemenangnya akan menggantikan Presiden Reuven Rivlin, yang akan meninggalkan kantor bulan depan, dan presiden baru akan menjabat pada waktu yang penting secara politik. Presiden ditugaskan untuk menunjuk seorang pemimpin partai politik untuk membentuk koalisi pemerintahan setelah pemilihan parlemen.

Presiden juga memiliki kekuatan untuk memberikan pengampunan dan menciptakan situasi yang berpotensi sensitif ketika Netanyahu diadili atas serangkaian tuduhan korupsi. Israel telah mengadakan empat pemilihan nasional dalam dua tahun terakhir di tengah krisis politik yang berkepanjangan.

Lawan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi tenggat waktu tengah malam Rabu untuk membentuk pemerintahan koalisi baru. Jika mereka gagal, negara itu bisa terjerumus ke dalam kampanye pemilihan lain.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement