REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga tahun depan pemerintah pesimistis bisa menerapkan subsidi tertutup. Oleh karena itu, dalam pembahasan asumsi makro 2022, Menteri ESDM Arifin Tasrif tetap mengusulkan besaran subsidi untuk solar Rp 500 per liter.
Arifin menjelasan, meski pemerintah masih menganggarkan subsidi pada tahun depan. Harapannya, di tahun depan pengawasan penyaluran solar subsidi harus diperketat. Ia menilai perlu keterlibatan pemerintah daerah melakukan pengawasan ini.
"Kami mengusulkan subsidi untuk solar tetap dianggarkan. Jumlahnya sama Rp 500 per liter. Agar tepat sasaran pengawasan bisa lewat program digitalisasi dan atau pengawasan di lapangan," ujar Arifin di DPR, Rabu (2/6).
Subsidi solar dipatok tetap Rp 500 per liter mulai berlaku pada 2021 ini. Sementara pada 2020 subsidi solar masih dipatok Rp 1.000 per liter.
Sementara dari sisi volume, volume minyak solar di dalam RAPBN 2022 diusulkan mencapai 14,34-15,10 juta kilo liter (kl), turun dari target solar bersubsidi di APBN 2021 yang ditetapkan sebesar 15,80 juta kl.
Adapun realisasi sampai dengan Mei 2021, minyak solar telah terserap 5,42 juta kl. Hingga akhir 2021 diproyeksikan penyaluran minyak solar lebih rendah dari target, yakni hanya sekitar 14,33 juta kl.