REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gareth Southgate memberikan sinyal Inggris akan mempertimbangkan kembali cara terbaik untuk kampanye antirasisme dan ketidaksetaraan setelah melihat para pemainnya dicemooh karena berlutut menjelang laga persahabatan melawan Austria, Kamis (3/6). Inggris memiliki skuad yang beragam yang mencerminkan masyarakatnya, misalnya dengan Bukayo Saka yang merupakan keturunan Nigeria.
Setelah pertandingan, Southgate mengatakan dia merasa cemoohan atas sikap berlutut dapat ditafsirkan sebagai kritik terhadap para pemain itu dan alasan di balik sikap tersebut telah disalahpahami.
Untuk itu, Southgate telah menyarankan kelanjutan dari gerakan itu akan dibahas sebagai bagian dari percakapan yang lebih luas menjelang Euro 2020. "Apa yang telah terjadi mungkin berarti saya perlu melakukan percakapan lain dengan para pemain terlebih dahulu dan terutama," kata Southgate, dikutip dari Sportsmole, Jumat (4/6).
"Karena saya perlu melihat bagaimana perasaan mereka tentang hal itu dan itu adalah diskusi penting yang harus kami lakukan," terangnya.
Menurutnya para pihak perlu mempertimbangkan apakah akan terus melakukan hal yang sama, atau melakukan sesuatu yang berbeda. Ia yakin para pemain akan memiliki pandangan yang sangat bagus tentang itu.
Juru kampanye anti-rasisme Kick It Out juga mengkritik tindakan fan yang memilih untuk mencemooh, mendesak mereka untuk bersatu dan mendukung perang melawan rasisme. "Berlutut adalah gerakan yang dipilih oleh para pemain sebagai sikap untuk kesetaraan ras yang lebih besar dalam sepak bola," kata epala keterlibatan pemain di Kick It Out Troy Townsend.
"Penting untuk menegaskan kembali bahwa mereka telah mengatakan secara eksplisit bahwa itu tidak dimaksudkan untuk dihubungkan dengan gerakan politik tertentu," kata dia menambahkan.