Rabu 09 Jun 2021 17:18 WIB

Penculikan Anak-Anak Dipakai Taktik Perang di Mozambik

Korban anak-anak berisiko mengalami kekerasan hingga jadi milisi di Mozambik

Red: Nur Aini
Bendera negara Mozambik.
Foto:

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan telah mendaftar lebih dari 2.600 permohonan di Mozambik antara September 2020 dan April 2021 dari orang-orang yang kehilangan jejak anggota keluarga, yang sebagian besar adalah orang dewasa muda dan anak-anak.

"Ada jumlah yang sangat tinggi dari anak-anak tanpa pendamping (yang) sangat rentan terhadap semua jenis perlakuan buruk dan eksploitasi," kata James Matthews, wakil kepala misi ICRC di Maputo.

Anak-anak tidak hanya direkrut oleh angkatan bersenjata dan kelompok sebagai pejuang. Mereka juga digunakan sebagai informan, penjarah, utusan, mata-mata, dan sebagai budak domestik atau seksual. "Situasi untuk anak-anak di (provinsi paling utara) Cabo Delgado sangat genting," kata Mohamed Malick Fall, direktur regional Afrika timur dan selatan untuk badan anak-anak PBB UNICEF.

Dia mengatakan organisasi itu mencari akses yang lebih baik ke daerah itu untuk mengonfirmasi laporan pemerkosaan, pembunuhan, dan pencederaan. Risiko jangka panjang bagi tentara anak termasuk perubahan kepribadian yang bertahan lama, kesulitan membentuk hubungan yang langgeng, kilas balik terkait trauma dan kemungkinan penolakan oleh anggota keluarga, kata Briggs.

"Setiap hari yang dihabiskan oleh anak-anak yang diculik di luar komunitas mereka adalah kejadian yang terlalu banyak, dan risiko pelecehan, pernikahan dini, dan kehamilan meningkat seiring bergulirnya waktu," kata Briggs, seraya mendesak semua pihak untuk memprioritaskan keselamatan anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement