Senin 14 Jun 2021 17:34 WIB

Cobaan untuk Nabi Ayub yang Lenyapkan Segala Nikmat Dunia 

Nabi Ayub tetap berdzikir dan bersabar meski cobaan berat menderanya

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Nabi Ayub tetap berdzikir dan bersabar meski cobaan berat menderanya. Ilustrasi Nabi Ayub
Foto: Pixabay
Nabi Ayub tetap berdzikir dan bersabar meski cobaan berat menderanya. Ilustrasi Nabi Ayub

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah SWT mengutus Nabi Ayub alaihissalam di daerah Hauran, Yordania-Suriah pada 1420-1540 SM. 

Akan tetapi, saat mengemban risalah Nabi Ayub didera musibah berupa penyakit selama 18 tahun. Allah SWT berfirman:  

Baca Juga

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ * فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ

"Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang, maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami." (QS Al Anbiya ayat 83-84)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir vol 5  halaman 359 dijelaskan, dalam ayat tersebut Allah SWT menceritakan tentang Ayub dan musibah yang menimpanya sebagai cobaan untuk dirinya. 

Musibah itu menimpa harta benda, anak-anaknya, juga tubuhnya. Demikian itu karena Ayub adalah seorang yang memiliki banyak ternak dan lahan pertanian, dia pun memiliki banyak anak serta tempat-tempat tinggal yang menyenangkan.  

Maka, menurut Imam Ibnu Katsir, Allah menguji Ayub dengan menimpakan bencana kepada semua miliknya itu, semuanya lenyap tiada tersisa. Kemudian cobaan ditimpakan pula kepada jasad atau tubuh Ayub sendiri. 

Menurut suatu pendapat, penyakit yang menimpanya adalah penyakit lepra yang mengenai sekujur tubuhnya, sehingga tiada suatu bagian pun dari anggota tubuhnya yang selamat dari penyakit ini, kecuali hati dan lisannya yang selalu berdzikir mengingat Allah SWT. 

Cobaan ini membuat orang-orang tidak mau sekedudukan dengan Ayub. Maka, Ayub pun tinggal terpencil menyendiri di pinggir kota tempat tinggalnya. Tiada seorang manusia pun yang mau datang kepadanya selain dari istrinya yang bertugas merawatnya dan mengurusi keperluannya.  

 

Sumber: alukah 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement