Selasa 15 Jun 2021 12:12 WIB

Epidemiolog: Vaksin Masih Efektif Hadapi Varian Covid-19

Lonjakan kasus Covid-19 terjadi sebagai buntut kegiatan mudik dan libur lebaran.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Pasien Covid-19 tanpa gejala turun dari bus sekolah setibanya di Graha Wisata Ragunan, Jakarta, Senin (14/6). DKI Jakarta menjadi salah satu daerah yang mengalami peningkatan kasus Covid-19 paling besar dalam sepuluh hari terakhir dengan peningkatan sebesar 302 persen. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pasien Covid-19 tanpa gejala turun dari bus sekolah setibanya di Graha Wisata Ragunan, Jakarta, Senin (14/6). DKI Jakarta menjadi salah satu daerah yang mengalami peningkatan kasus Covid-19 paling besar dalam sepuluh hari terakhir dengan peningkatan sebesar 302 persen. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Syahrizal Syarif, menanggapi beredarnya varian Covid-19 terbaru yang kian meresahkan di Tanah Air. Menurutnya, vaksinasi secara massal masih merupakan solusi guna mengatasi varian tersebut.

Syahrizal menyebut varian baru terbukti lebih mudah menular. Hanya saja, menurutnya varian baru tidak ada bukti lebih ganas dibanding varian lama. Oleh karena itu, ia tetap merekomendasikan penerapan protokol kesehatan (prokes) guna mencegahnya. Kemudian, vaksinasi juga dipandang Syahrizal tetap manjur.

Baca Juga

"Pencegahan tetap sama - 3T di pemerintah - 5M di masyarakat. Vaksinasi secepat-cepatnya dan sebanyak-banyaknya jawaban atas situasi ini," kata Syahrizal kepada Republika.co.id, Selasa (15/6).

Syahrizal mengimbau masyarakat tetap tenang. Ia mengamati bahwa varian baru yaitu alpha atau delta menjadi dominan sebagai fenomena biasa. Pasalnya mereka yang tertular varian lama telah mencapai sembuh atau meninggal.

"Varian baru ini tetap bisa terdeteksi dengan PCR dan tetap bisa direspons dengan baik oleh pengobatan Covid-19 selama ini," ujar Syahrizal.

Dia menduga lonjakan kasus infeksi Covid-19 terjadi sebagai buntut kegiatan mudik dan libur lebaran. Ia berharap kasus infeksi dapat secepatnya turun. "Pelonjakan kasus karena libur lebaran, semoga dalam 3-4 minggu ke depan situasi terkendali," ucap Syahrizal.

Pemerintah melalui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akhirnya mengonfirmasi bahwa varian virus corona B.1.617.2 atau Delta yang pertama kali ditemukan di India menjadi penyebab terjadinya lonjakan kasus di sejumlah daerah di Indonesia. Seperti di Kudus, DKI Jakarta, dan juga Bangkalan. Masyarakat pun diminta untuk lebih waspada.

Melonjaknya kasus Covid-19 di Tanah Air akhir-akhir ini membuat pemerintah memutuskan kembali memperpanjang pelaksanaan PPKM skala mikro. Pelaksanaan PPKM Mikro jilid 10 dilaksanakan terhitung mulai 14 Juni 2021 hingga dua pekan mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement